Network
PR DEPOK - Gencatan senjata Israel vs Hamas sudah memasuki hari ke-2, warga Palestina mulai bersorak ria mengucap syukur karena bagian dari keluarganya yang telah ditawan oleh penjajah Israel kembali ke pelukan mereka.
Para tawanan yang telah dibebaskan mengucapkan sujud syukur dan mengucap terima kasih banyak pada Hamas karena berkat Hamas mereka bisa selamat.
Selama gencatan senjata, para masyarakat Palestina ada yang kembali ke rumahnya masing-masing untuk mengambil barang yang tersisa dan layak pakai.
Namun, mirisnya hampir semua bangunan rumah mereka sudah rata dengan tanah yang mengakibatkan mereka sulit untuk tinggal kembali di rumah mereka.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Pecel Enak di Kota Surabaya, Wenak Tenan!
Salah satu yang menarik perhatian pula, yakni kembalinya aktivitas dapur ke hal yang tradisional.
Diketahui, penjajah Israel telah memutus pasokan bahan bakar ke jalur Gaza yang mengakibatkan rumah sakit harus tutup dan para warga Gaza sulit membuat bahan pokok makanan.
Namun, warga Palestina tidak pernah putus asa, mereka mencari cara untuk memanggang roti dan masakan lainnya yakni dengan kembali ke metode tradisional.
Aroma kayu bakar yang terbakar dan roti yang baru dipanggang memenuhi udara Gaza.
Inshirah Salem al-Aqra, wanita berusia lima puluh tigas tahun ini telah bertutur bahwa ternyata memasak makanan di atas kayu bakar jauh lebih akan kaya rasa.
Dia telah lama membuat oven dari tanah liat dengan campuran kotoran hewan dan jerami.
"Orang-orang mulai membuat ayam panggang di oven ini dan membuat roti pula," jelasnya.
" Dalam perang ini semuanya sudah sangat sulit orang-orang mulai berdaptasi agar mereka tetap hidup," ungkap Inshirah, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Aljazeera.
Situasi tersebutlah yang membuat masyarakat Palestina berdaptasi dan kembali ke tradisi mereka.
Inshirah telah membuat dan menjual lima oven sejak minggu lalu dengan lebar 50cm hingga 90cm dan dia sudah lebih banyak membuat oven tanah liat sejak sebulan yang lalu.
Namun, wanita dengan 10 anak ini bertutur bahwa ia tidak ingin mengambil keuntungan dari orang lain apalagi dengan situasi seperti ini, maka dari itu ia tetap memberi dengan harga lama.
"Kami di sini menerima tepung, jadi kami membuat roti kami dan kami berbagi. Kami telah kehilangan banyak hal, sudah cukup," tutup wanita tersebut.***
