Obat Lazarus, Pil Tidur yang Diklaim Ilmuwan Dapat Perbaiki Kerusakan Otak untuk Sementara Waktu

- 30 Oktober 2020, 07:46 WIB
Ilustrasi pil kapsul.
Ilustrasi pil kapsul. /Qimono/Pixabay

PR DEPOK - Zolpidem adalah obat penenang dari golongan obat imidazopyridine yang paling sering digunakan untuk membantu orang tertidur lebih cepat.

Namun, ada kasus yang pernah terjadi, obat biasa ini justru bisa mengembalikan fungsi otak yang rusak.

Ada alasan mengapa zolpidem kadang-kadang disebut sebagai “Obat Lazarus”.

Kabarnya, jika pil ini diberikan kepada seseorang yang mengalami kerusakan otak, maka dalam 5 hingga 6 persen kasus akan terjadi sesuatu yang ajaib.

Baca Juga: Soal Pernyataan Macron, Menag: Setiap Umat Harus Hormati Simbol yang Disucikan Pemeluk Agama Lain

Dalam beberapa kasus, pil ini dapat mengembalikan orang dari keadaan vegetatif, yang memungkinkan seseorang berbicara dan bergerak seperti sebelum menderita kerusakan otak.

Masalahnya adalah efek positif ini akan segera hilang setelah obat habis, dan para ilmuwan belum menemukan mengapa beberapa pasien dengan kerusakan otak bereaksi seperti ini terhadap zolpidem.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Oddity Central, peneliti dari Radboud University Medical Center dan Amsterdam University Medical Center baru-baru ini melaporkan kasus seorang pria berusia 37 tahun bernama Richard yang menderita kerusakan otak parah setelah mengalami kekurangan oksigen yang parah, delapan tahun lalu.

Baca Juga: Tak Akan Beri Dukungan kepada Calon Kepala Daerah, Khofifah: Muslimat NU Bukan Partai Politik

Peneliti mengatakan, Richard tidak bisa lagi berbicara, makan sendiri, atau bergerak sendiri.

Dia didiagnosis dengan mutisme akinetik dan dirawat di panti jompo khusus.

Kemudian Willemijn van Erp, seorang dokter perawatan lansia dan peneliti dari Radboud University Medical Center, bertemu dengan Richard.

Melalui artikel yang diterbitkan di jurnal medis Cortex, Willemijn van Erp mengatakan, Richard dapat melihat dan mendengar, tetapi karena cedera otaknya, dia hampir tidak dapat memberi tanggapan.

Baca Juga: Meski Diterpa Pandemi, Mendag Sebut Neraca Perdagangan RI Surplus Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir

Richard nyaris tidak responsif dalam delapan tahun sejak hipoksia membuatnya menderita mutisme serupa. Tetapi pada titik ini keluarganya bersedia mencoba apapun untuk memperbaiki kondisinya.

Willemijn van Erp pun mengetahui obat tidur yang terkadang memiliki efek luar biasa pada pasien yang menderita penyakit otak, dan setelah membicarakannya dengan keluarga Richard, mereka memutuskan untuk memberi Richard pil zolpidem.

“Di luar semua ekspektasi, zolpidem memiliki efek yang luar biasa,” tulis van Erp.

Baca Juga: Pertanyakan Pembakar Kejagung-Halte tak Ditahan, Andi Arief Singgung Pemborgolan Aktivis KAMI

“Setelah meminum obat tidur, Richard mulai berbicara, ingin menelepon ayahnya, dan mulai mengenali saudara-saudaranya lagi. Dengan bantuan, dia bahkan bisa bangkit dari kursi roda dan berjalan jarak dekat,” tulisnya.

Keajaiban itu terjadi hanya dalam 20 menit, dari satu dosis zolpidem 10 miligram, dan pemindaian otak yang diambil selama periode ini menggambarkan efek ajaib dari obat tersebut.

Sayangnya, efek positif zolpidem memiliki durasi yang terbatas dan dalam kasus Richard, efek tersebut mulai hilang setelah sekitar dua jam.

Baca Juga: Heran Selalu Dituduh PKI, Megawati Sebut Dirinya Unik di Republik Indonesia

Akhirnya dosisnya pun ditingkatkan menjadi tiga dosis per hari, tetapi efek positifnya mulai mereda dengan peningkatan penggunaan setelah beberapa hari.

Penelitian telah menunjukkan bahwa jika dosisnya terlalu tinggi, efek menguntungkan digantikan oleh kerja obat sebagai pil tidur.

Dalam komunitas ilmiah, ada beberapa teori tentang bagaimana zolpidem benar-benar bekerja pada beberapa pasien yang mengalami kerusakan otak, namun sayangnya tidak ada hipotesis yang sempurna.

Baca Juga: Megawati Pertanyakan Sumbangsih Kaum Milenial untuk Bangsa, Ada Dugaan Sindir Gibran dan Bobby

Untuk saat ini, fenomena yang disebabkan oleh Lazarus Drug masih menjadi misteri, tetapi ini tetap menjadi secercah harapan bagi orang-orang yang berharap dapat membawa orang yang mereka cintai dari keadaan koma atau vegetatif.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Oddity Central


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah