PR DEPOK - Virus Nipah baru-baru ini menjadi perbincangan masyarakat tak hanya di Indonesia, tapi juga dunia.
Saat dunia dilanda pandemi akibat Covid-19 sejak tahun 2020 lalu, kini publik dunia dikagetkan oleh virus bernama Nipah.
Melansir dari World Health Organization (WHO), virus Nipah memiliki kemungkinan menjadi pandemi.
Disebutkan bahwa, bersama Covid-19, virus Nipah menjadi patogen yang kemungkinan besar akan menjadi wabah dalam waktu dekat.
Namun tahukah anda bahwa virus Nipah bukanlah virus baru.
Karena ternyata, virus Nipah pertama kali ditemukan pada 1999 saat terjadi wabah di Malaysia, seperti diberitakan Portal Pasuruan pada artikel 'Mengenal Virus Nipah, Pandemi yang Sudah Ada Sejak 1999'.
Pada 2001, Bangladesh teridentifikasi juga mengalami wabah tersebut, bahkan NiV menjadi pandemi tahunan sejak 2001.
Baca Juga: Adakah Kaitan Hadirnya 153 TKA Asal China dengan Perjanjian RCEP dan UU Cipta Kerja?
Hingga saati ini masih belum ada tindakan pencegahan medis yang bisa digunakan untuk menangani persebaran virus tersebut.
Hal tersebut senada dengan pernyataan Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kesehatan Indonesia saat membuka Rakernas Gerakan Nasional Peternak Sehat Ternak Sehat (PSTS).
Penyakit menular yang baru muncul (PMBM) mempunyai potensi menimbulkan wabah. Ancaman tersebut sekitar 70 persen dari penyakit hewan seperti SARS, Nipah, Flu Burung dan lain-lain.
Baca Juga: Orang dengan 5 Sifat Ini Ternyata Paling Potensial Meraih Mimpi yang Mereka Idamkan
Hal tersebut diperberat karena Indonesia juga menghadapi penyakit menular bersumber binatang lainnya seperti Malaria, Demam berdarah, Filariasis (kaki gajah), Rabies dan penyakit menular lainnya.
Mengingat begitu berbahayanya virus Nipah, lantas apa sebenarnya patogen tersebut, dari mana penularannya dan bagaimana gejalanya?
Virus Nipah
Virus Nipah (NiV) merupakan patogen zoonosis atau yang ditularkan hewan ke manusia. Serta dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi.
Baca Juga: Mandali Adalah? Video Kondisi Gunung Merapi Ini yang Jelaskan Hingga Tuntas Artinya
Pada orang yang terinfeksi, NiV akan menyebabkan penyakit infeksi asimtomatik sampai penyakit pernapasan akut dan ensefalitis fatal.
Meskipun virus Nipah baru menjadi wabah di beberapa negara di Asia, patogen ini bisa menyebabkan kematian.
Wilayah lain kemungkinan besar juga berisiko terinfeksi, karena NiV ditemukan pada spesies Kelelawar Pteropus yang tersebar di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Penularan Virus Nipah
Saat wabah pertama kali diketahui, kebanyakan infeksi disebabkan kontak langsung dengan babi yang sakit atau jaringan yang terkontaminasi.
Dalam wabah di Bangladesh, yang menjadi sumber infeksi adalah produk buah-buahan yang terkontaminasi dengan air liur atau urin kelelawar buah.
Penularan virus Nipah dari manusia juga dilaporkan di antara perawat dan keluarga pasien yang terinfeksi.
Di Siliguri India pada 2001, terdapat 75 persen kasus yang terjadi di antara staf rumah sakit dan pengunjung.
Gejala dari Virus Nipah
Orang yang terinfeksi mempunyai gejala sebagai berikut:
1. Demam
2. Sakit Kepala
3. Nyeri Otot
Baca Juga: Jadwal Pencairan BLT BPJS 2021 Belum Dirilis, Stafsus Kemnaker Ungkapkan Hal Ini
4. Muntah
5. Sakit Tenggorokan
6. Pusing
7. Gejala Neurologis
8. Pneumonia Atipikal
9. Masalah Pernapasan Akut
10. Kejang
Baca Juga: Virus Nipah Jadi Ancaman di Tengah Pandemi Covid-19, Kemenkes Ingatkan Indonesia harus Waspada
Untuk kasus yang lebih parah, akan menyebabkan koma selama 24 hingga 48 jam. Tingkat kematian kasus ini diperkirakan 40 sampai 75 persen, angka ini tergantung kemampuan untuk surveilans epidemiologi dan manajemen klinis.
Pengobatan dan Pencegahan
Hingga saat ini masih belum ada obat atau vaksin untuk menangani secara khusus infeksi virus Nipah.
Perawatan intensif sangat dianjurkan sebagai upaya mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis parah yang diakibatkan NiV.
Akan tetapi penularan virus Nipah bisa dicegah dengan ketiga cara berikut ini:
1. Mengontrol virus Nipah pada babi
2. Mengurangi resiko infeksi pada Manusia
Baca Juga: Menaker Ida Sampaikan Kriteria Penerima BSU Januari 2021
3. Mengontrol infeksi dalam pengaturan layanan kesehatan.***(M. Nazilul Mutaqin/Portal Pasuruan)