Gatot Nurmantyo Gaungkan Isu Kebangkitan PKI di Indonesia, Moeldoko: Jangan Berlebihan!

1 Oktober 2020, 18:55 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.* /ANTARA./

PR DEPOK - Isu terkait kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) belakangan ini tengah ramai diperbincangkan banyak pihak, terlebih menjelang tanggal 30 September.

Adapun sosok yang menyebutkan pertama kali tentang kebangkitan PKI adalah Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.

Mantan Panglima TNI itu mengaku telah mengendus adanya kebangkitan partai paham komunis itu dengan gaya baru sejak tahun 2008.

Baca Juga: Subsidi Tarif Listrik PLN Berlanjut Hingga Desember, Khusus Bagi Pelanggan Kategori Tenaga Rendah

Ucapannya itu dilontarkan Gatot di salah satu video di kanal YouTube Hersubeno Poin yang diunggah pada Senin 21 September 2020 lalu.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko turut angkat bicara terkait ucapan kebangkitan PKI yang digaungkan Gatot tersebut.

Moeldoko meminta isu kebangkitan PKI untuk tidak dijadikan teror yang menakutkan orang lain. Karena, menurut dia, suatu kejadian bisa dikapitalisasi untuk manuver terntu.

"Saya sebagai pemimpin yang dilahirkan dari akar rumput bisa memahami peristiwa demi peristiwa. Mengevaluasi peristiwa demi peristiwa. Tidak mungkin datang secara tiba-tiba. Karena spektrum itu terbentuk dan terbangun tidak muncul begitu saja," katanya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: Di Tengah Perebutan Hak Masjid Al-Aqsa, Palestina Umumkan Berita Baik Bersatunya Hamas dan Fatah

Lebih lanjut, Moeldoko pun meminta salah satu deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu untuk tidak berlebihan sehingga dapat menakutkan orang lain.

"Sebenarnya bisa saja sebuah peristiawa besar tu menjadi komoditas untuk kepentingan tertentu," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis 1 Oktober 2020.

Ia menjelaskan, sikap waspada dapat dilakukan dengan dua cara, di antaranya pertama adalah membangun kewaspadaan yang dibangun untuk menentramkan dan kedua adalah kewaspadaan yang menakutkan.

"Bedanya di situ. Tinggal kita melihat kepentingannya. Kalau kewaspadaan itu dibangun untuk menentramkan, maka tidak akan menimbulkan kecemasan," ujarnya.

Baca Juga: Joe Biden Ucapkan 'Insha Allah' Saat Debat Lawan Donald Trump, Jadi Momentum Bersejarah Pilpres AS

Tetapi, disebutkan Moeldoko, jika kewaspadaan itu dibangun untuk menakutkan, maka itu sudah dipastikan ada maksud-maksud tertentu.

"Nah! Itu pilihan-pilihan dari seorang pemimpin. Kalau saya memilih, kewaspadaan untuk menentramkan. Terlebih dalam situasi saat ini di masa pandemi, membangun kewaspadaan yang menentramkan adalah suatu pilihan yang bijak," ucap Moeldoko.

Ia melihat, narasi kewaspadaan yang dibangun dalam isu kebangkitan PKI ini lebih berada pada kepentingan pribadi.

Meski begitu, ia tetap mengapresiasi langkah yang dilakukan Gatot, dalam mengajak masyarakat untuk waspada kebangkitan PKI. Namun, tidak dalam meneror publik.

Baca Juga: Gatot Sebut PKI Bangkit, Putra DN Aidit: Kalau Mau Nyapres Ikut Pilpres 2024, Jangan Jual Isu Itu!

"Saya melihat lebih cenderung ke situ. Kita ini mantan-mantan prajurit, memiliki DNA yang sedikit berbeda dengan kebanyakan orang. DNA intelejen, kewaspadaan, antisipasi, dan seterusnya."

Moeldoko menambahkan, "Saya tidak ingin menyebut nama, tetapi kan tujuannya membangun kewaspadaan. Kewaspadaan kita bangun untuk menentramkan keadaan, bukan malah untuk menakutkan. Bedanya disitu," katanya mengakhiri.***

Dalam keterangan tertulisnya, Moeldoko menambahkan, "Jadi jangan berlebihan sehingga menakutkan orang lain

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler