“Jadi ditaruh di panas pun, dia (Sinovac) nggak akan berubah susunan kimianya. Jadi betul-betul kita membeli barang rongsok, atau vaksin rongsok, dan itu sesuai dengan kabinet yang rongsok,” paparnya.
Sementara itu, pengamat politik itu juga menyayangkan cara pemerintah mengelola vaksin Sinovac yang didatangkan dari China ini, mengingat cold storage atau tempat penyimpanan vaksin di Indonesia masih dipenuhi oleh vaksin-vaksin penyakit lain yang terdahulu.
Menurutnya, pemerintah seharusnya bisa lebih canggih dalam menyimpan atau mengelola vaksin Sinovac yang sudah “buruk” di mata internasional ini.
“Hampir satu tahun, manajemen covid ini benar-benar buruk, masa nggak ada otaknya ini kabinet untuk tahu bahwa vaksin yang buruk ini, yang sudah buruk di dunia ini harus ditangani secara lebih canggih. Persiapan teknisnya harus disediakan,” tutur Rocky Gerung.
Dengan menyoroti sistem penyimpanan vaksin yang dinilai kurang baik ini, pengamat politik tersebut menilai bahwa akan ada publik kelas menengah di Indonesia yang lebih memilih untuk menolak divaksin.
Baca Juga: HRS Lagi-Lagi Dilaporkan ke Polisi, Ferdinand Hutahaean: Tuh Kan Jadi Pidana, Rasain!
Hal ini, kata Rocky, disebabkan munculnya kekhawatiran bahwa vaksin yang tersedia di Indonesia telah kadaluarsa masa edarnya lantaran sistem penyimpanan yang kurang baik.
Terlebih setelah Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengakui bahwa Indonesia memang tidak memiliki penyimpanan yang cukup baik untuk vaksin Covid-19 ini.***