PR DEPOK - Anjing bernyanyi kembali ditemukan di Jayawijaya, Papua.
Setelah 50 tahun dinyatakan punah di habitat aslinya, anjing bernyanyi Papua (Papua singing dog) kini kembali muncul.
Sejak tahun 1970, satwa langka yang masihkerabat dengan anjing bernyanyi itu oleh para pakar biologi dunia dinyatakan punah di habitat aslinya karena spesiesnya sudah tidak ditemukan lagi di Carstensz.
Baca Juga: Tolak Tawaran Lengserkan AHY, Gatot Nurmantyo: Saya Dibesarkan SBY, Terus Saya Balas dengan Congkel Anaknya?
Pakar-pakar biologi dunia menamai satwa langka ini dengan beberapa sebutan di antaranya anjing bernyanyi dataran tinggi (highland singing dog), anjing liar dataran tinggi (highland wild dog), dan anjing bernyanyi Papua (Papua singing dog).
Fauna endemik yang satu ini menghebohkan dunia setelah pemuda asal Bantul, Yogyakarta, bernama Anang Dianto mengunggah foto-foto dan video dari lima ekor anjing melalui akun Twitter-nya pada 24 Juli 2020.
Selain itu, ia juga membagikan fakta-fakta mengenai anjing bernyanyi papua yang sempat dinyatakan punah.
Baca Juga: Sebut KLB Sumut Tak Boleh Dilarang, Mahfud MD: Sama dengan Sikap Pemerintah di Era SBY dan Megawati
Ini anjing species baru yg blm punya nama ilmiah, masih diteliti. Mendiami kawasan pegunungan tengah papua.
Ciri : warna coklat emas, telinga segitiga, ekor tebal, moncong pendek mirip rubah & tdk bisa menggonggong!
Kemarin siang kedatengan mereka pas lg kerja di area grasberg. pic.twitter.com/TXbk8rWyGh— Anang Dianto (@anangdianto) July 24, 2020
“Ini anjing species baru yg blm punya nama ilmiah, masih diteliti. Mendiami kawasan Pegunungan Tengah Papua. Ciri: warna cokelat emas, telinga segitiga, ekor tebal, moncong pendek mirip rubah dan tidak bisa menggonggong. Kemarin siang kedatangan mereka saat kerja di Grasberg,” tulis Anang Dianto pada akun Twitter @anangdianto.
Satwa langka ini dianggap sangat sakral dan dihormati oleh suku-suku dataran tinggi Papua, seperti suku Moni di Desa Ugimba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Masyarakat Suku Moni menyebut anjing bernyanyi Papua dengan istilah segehome.
Baca Juga: Cek dtks.kemensos.go.id untu Daftar KPM dengan Cara Ini agar Cair Bansos Maret 2021
Tak hanya itu, anjing bernyanyi Papua juga dianggap sebagai bagian leluhur mereka dan tuan tanah atau penjaga dataran tinggi Carstensz Pyramid, puncak tertinggi di Jayawijaya dengan ketinggian 4.884 meter dari permukaan laut (mdpl).
Berdasarkan peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), anjing bernyanyi Papua disebut sebagai pelolong primitif.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Indonesia.go.id, Anang Setiawan Achmadi, seorang zoologi dari LIPI mengatakan, nyanyian anjing tersebut sebetulnya dihasilkan dari sebuah lolongan panjang mirip serigala, tetapi lebih lembut dan berirama, dari melodi rendah hingga tinggi.
Baca Juga: Kemenangan Leicester City Atas Brighton, Membawanya Duduki Posisi Kedua Klasemen Liga Inggris
Doktor zoologi itu mengatakan, lolongan akan semakin sering dilakukan seiring kemunculan bulan purnama.
Suara anjing terdengar dari arah timur, searah dengan naiknya bulan. Kemudian suara itu pun bergeser ke barat seiring bergesernya arah bulan.
Anjing dataran tinggi ini pertama kali dideskripsikan oleh Charles Walter De Vis pada 1897 silam.
Saat itu zoologis berkebangsaan Inggris tersebut sedang mengumpulkan contoh-contoh satwa dataran tinggi di Gunung Scratchley, Papua Nugini.
Anjing bernyanyi Papua dapat dikenali dengan rambut bulu lebih tebal dan ukuran badan relatif lebih kecil dibandingkan anjing liar lainnya.