PR DEPOK - Presiden RI Joko Widodo disambut meriah oleh tarian Petruk ketika tiba di Padepokan Seni Bagong Kussudiarja (PSBK), Yogayakarta.
Tarian yang memperlihatkan sejumlah penari dengan dandanan wayang Petruk ini dipertontonkan dalam kegiatan vaksinasi Covid-19 bagi para seniman di padepokan tersebut.
Namun, publik dibuat salah fokus dengan penampilan berbeda dari wayang Petruk ini.
Pasalnya, Petruk yang menyambut Jokowi dibuat memiliki hidung yang panjang, sehingga tak sedikit warganet yang justru menyebut wayang tersebut lebih mirip dengan tokoh boneka kayu asal Eropa, Pinokio.
Di sisi lain, pihak yang menyajikan tarian tersebut, Butet Kartaredjasa, mengatakan bahwa pemilihan karakter Petruk dalam tarian tersebut hanya sebagai simbol saja.
"Sengaja saya memilih Petruk sebagai tokoh, tadi Bapak disambut Petruk, nanti juga ada pertunjukan tari 'Petruk Divaksin', karena tamu kita ini sering dicondo sebagai Petruk," ujar Butet dalam keterangan yang disampaikan melalui video di kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Butet juga menyebutkan bahwa tokoh Petruk ini memiliki banyak kesamaan dengan Jokowi.
"Petruk itu kan, satu, Punakawan ya dalam khazanah dunia perwayangan. Lucu, dan Pak Jokowi kan juga sering dimaknai sebagai Petruk, rakyat kecil, punya komitmen untuk berjuang mensejahterakan kehidupan ini," tuturnya.
Sementara itu, beragam tanggapan dilontarkan terkait dengan sambutan tarian Petruk ini, tak terkecuali dari pengamat politik, Rocky Gerung.
Dalam dialognya bersama Hersubeno Arief yang ditayangkan di kanal YouTube Rocky Gerung Official, ia menilai bahwa seniman Butet memang kerap menyampaikan sindiran lewat karya seni yang ditampilkannya.
Baca Juga: Akui tak Terkejut Moeldoko Terlibat di KLB Demokrat, Gatot Nurmantyo: Sama Sekali Tidak, karena...
"Begitu nama Butet, itu isinya sudah pasti sindiran. Kan Butet gak bisa kita tafsirkan lain kecuali menganggap dia adalah penyindir satire melalui karakter-karekter pewayangan," ujar Rocky, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, pada Kamis, 11 Maret 2021.
Menurutnya, kultur seniman Yogyakarta memang kerap nyeleneh atau meledek melalui karya seni.
Akan tetapi, tuturnya, para seniman Jogja ini sebetulnya tengah berupaya untuk memberikan pesan kepada presiden mengenai pentingnya kepemimpinan, etika, dan integritas.
"Dan figur Petruk justru selalu dalam bentuk ngeledek sebetulnya, tapi ada lucu-lucunya, (misal) 'Petruk Jadi Raja'. Hal yang sebetulnya nggak pernah dibayangkan orang, tapi bisa dibayangkan apa yang terjadi kalau Petruk jadi raja dengan seluruh kemampuan Petruk?" katanya.
Sementara itu, terkait dengan hidung panjang yang mirip dengan tokoh Pinokio dalam tarian Petruk tersebut, Rocky Gerung menilai hal tersebut sebagai bentuk kritik dan sinisme yang sangat dalam.
Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Bus Pariwisata di Sumedang, Bus Tabrak Pembatas Jalan Sebelum Terjun ke Jurang
"Seharusnya kita mau cari satu local wisdom dari peristiwa itu untuk mengingatkan istana atau kekuasaan bahwa sinisme publik itu bahkan masuk ke wilayah kepekaan estetik. Seringkali seni memang dimaksudkan untuk memberi sindiran kepada kekuasaan," tutur Rocky Gerung melanjutkan.
Seni, lanjut Rocky, berfungsi untuk meluruskan kembali akal dan batin yang sehat yang dilupakan oleh seorang pemimpin.
Baca Juga: Bus Rombongan SMP Kecelakaan di Wado Sumedang, Dirjen Hubdat dan Kepolisian Lakukan Evakuasi
"Jadi saya kira Butet mau memberi pesan bahwa rawatlah batin bangsa ini. Kalau punya ambisi takar-takarlah ambisi, sebab ambisi yang berlebih itu justru akan membahayakan kehidupan bersama," ujarnya.***