Soal Kajian Ramadhan yang Dinilai Radikal, Musni Umar: Prihatin, yang Dilakukan Umat Dikaitkan Radikalisme

- 10 April 2021, 11:05 WIB
Rektor UIC, Musni Umar.
Rektor UIC, Musni Umar. /Twitter @musniumar
PR DEPOK - Sebuah kajian online edisi Ramadhan yang rencananya akan diselenggarakan oleh Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) dibatalkan karena pembicara-pembicaranya dinilai radikal. 
 
Penilaian tersebut sontak menuai kritikan dari berbagai pihak lantaran pembicara-pembicara yang terpampang dalam poster pengajian online itu merupakan dai-dai yang telah dikenal masyarakat. 
 
Ustaz-ustaz yang diketahui seharusnya menghadiri kajian via zoom meeting tersebut adalah Ketua Bidang Pengurus MUI Pusat KH Cholil Nafis, ustaz Syafiq Riza Basalamah, ustaz Subhan Bawazier, ustaz Rizal Yuliar Putrananda, dan ustaz Firanda Andirja.
 
 
Menanggapi kabar tersebut, Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Musni Umar memberikan komentarnya melalui akun Twitter pribadinya. 
 
Dalam cuitannya, Musni Umar mengaku prihatin dengan sikap yang diarahkan pada Muslim lantaran yang dilakukan kerap kali dikaitkan dengan isu radikalisme.
 
Bahkan menurutnya, ceramah untuk bulan Ramadhan saja dikaitkan pula dengan radikalisme. 
 
 
Cuitan Musni Umar.
Cuitan Musni Umar.
 
"Prihatin apa saja yg dilakukan umat selalu dikaitkan radikalisme. Ceramah Ramadan juga dikaitkan radikalisme," kata Musni Umar seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun @musniumar pada Sabtu, 10 April 2021. 
 
Tak hanya itu, Musni Umar juga heran mengapa Cholil Nafis dinilai sebagai orang yang radikal. 
 
Cuitan Musni Umar.
Cuitan Musni Umar.
 
"Prihatin pengajian Ramadan dibatakan dikaitkan radikalisme. KH Cholil Nafis dari MUI dll digolongkan radikal?," ucapnya. 
 
 
Musni Umar bahkan tak habis pikir buntut dari acara tersebut sampai membuat pejabat PELNI ikut dicopot dari jabatannya karena dianggap terlibat dalam radikalisme. 
 
"Pejabat PELNI dicopot," ujar Musni Umar menambahkan. 
 
Kemudian Musni Umar mempertanyakan kabar yang tersiar bahwa yang mencopot pejabat PELNI tersebut merupakan komisaris independen. 
 
 
Apabila benar acara tersebut dibatalkan, lanjut dia, dan pejabat PELNI dicopot dari jabatannya oleh komisaris independen tersebut, maka sebetulnya apa tugas dari jabatan komisaris independen. 
 
"Kalau benar dilakukan komisaris independen menyedihkan. Apa itu tugas komisaris independen?," tuturnya.
 
Seperti diketahui sebelumnya, pembatalan acara pengajian online yang diselenggarakan PELNI belakangan ini ramai ditanggapi banyak pihak. 
 
 
Menyikapi ramainya pemberitaan tersebut, salah satu jajaran direksi PELNI, Dede mengatakan bahwa acara yang ada dalam poster tersebut dibatalkan karena belum mendapatkan izin dari direksi.
 

"Sehubungan flyer info penceramah dlm kegiatan Ramadhan di lingkungan PT @pelni162 dr Badan Dakwah Pelni yg sudah beredar luas perlu saya sampaikan bahwa: Panitia menyebarkan info terkait pembicara Ramadhan belum ada ijin dari Direksi. Oleh sebab itu kegiatan tsb DIBATALKAN.," kata Dede melalui akun Twitter pribadinya @kangdede78.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa salah satu pejabat PELNI yang merupakan panitia acara tersebut telah dicopot dari jabatannya karena diduga terlibat radikalisme.
 
 
Berkaca dari masalah tersebut, dia tampak juga mengingatkan pada seluruh BUMN untuk tegas menindak dan tidak memberikan ruang bagi pegawai yang terlibat radikalisme.
 

"Selain itu pejabat yg terkait dgn kepanitiaan acara tsb telah DICOPOT. Ini pelajaran sekaligus WARNING kpd seluruh BUMN, jangan segan-segan MENCOPOT ataupun MEMECAT pegawainya yg terlibat radikalisme. Jangan beri ruang sdktpun, BERANGUS," ucapnya menjelaskan.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x