Pasalnya, Habib Rizieq beserta sebagian umat Islam tidak mau seorang penista agama dengan sikap arogan dan sering berucap kata kasar dan kotor, menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Sehingga kami sepakat bersama umat, berkomitmen untuk berjuang mengalahkan Ahok di medsos, dan Pilkada, serta pengadilan secara konstitusional," ujarnya menerangkan.
Atas penolakan terhadap Ahok inilah, kata Habib Rizieq, ia dan kawan-kawannya menjadi target kriminalisasi, sehingga sepanjang tahun 2017 banyak rekayasa kasus yang dialamatkan pada Habib Rizeq dkk.
Tak hanya dikriminalisasi, Habib Rizieq juga mengaku mendapatkan berbagai teror dan intimidasi dari operasi intelijen hitam.
Baca Juga: Soal Korban Vaksin Covid-19, DPR: Pemberian Kompensasi Harus Jelas!
"Seperti pelemparan bom molotov ke beberapa posko FPI, dan penembakan kamar pribadi saya di Pesantren Markaz Syariat Megamendung, Bogor, serta peledakan bom mobil di acara Tabligh Akbar saya di Cawang, Jakarta, juga pengepungan dan pengeroyokan," katanya memaparkan.
Habib Rizieq meyakini bahwa kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI pada 2017 lalu lantas membuatnya menjadi target balas dendam kelompok oligarki.
Demi menghindari konflik horizontal yang dikhawatirkan akan menyebabkan pertumpahan darah, Habib Rizieq memutuskan untuk hijrah ke Kota Suci Mekah.***