PR DEPOK – Presiden Joko Widodo (Jokowi) belakangan menuai sorotan publik usai membengkaknya utang perusahaan milik BUMN.
Terdapat tiga bandara yang kini memiliki utang dengan nilai fantastis, yakni Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), Bandara Jenderal Besar Soedirman, dan Bandara Kertajati.
Dikabarkan, apabila jumlah biaya yang dihabiskan untuk ketiga bandara tersebut digabungkan akan mencapai angka Rp14 triliun.
Hal itu pun sontak mendapat perhatian dari masyarakat luas, salah satunya politisi Partai Demokrat, Yan Harahap.
Melalui akun Twitter-nya, @YanHarahap, ia menyentil Jokowi dengan menyebut mantan Wali Kota Solo itu terlalu memaksakan pembangunan demi gengsi.
“Dipaksakan sih, demi gengsi!” kata Yan Harahap sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Rabu, 8 Desember 2021.
Baca Juga: Nama Gala Sky Diganti di Buku Yasin Vanessa Angel, Emma Waroka Murka
Untuk diketahui, utang salah satu perusahaan BUMN, Angkasa Pura I yang mengelola Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo kini menyentuh angka Rp35 triliun.
Beban utang tersebut meningkat lantaran sejumlah bandara baru yang dikelolanya sepi penumpang.
Sementara itu, Bandara Kertajati dan Jenderal Soedirman yang dikelola PT Angkasa Pura II (Persero) juga bernasib serupa.
Sebagai informasi, pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta menelan biaya hampir Rp12 triliun, tepatnya Rp11,3 triliun.
Baca Juga: Bela Anies Baswedan yang Dikritik Ferdinand Soal Sumur Resapan, Mustofa: Anies Bekerja Profesional
Baca Juga: Ditanya Mengapa Nama Gala Sky Diganti hingga Jadi Perbicangan, Doddy Sudrajat Beri Tanggapan Begini
Rinciannya yakni Rp4,2 triliun untuk pembebasan lahan dan pembangunan fisik sekira Rp7,1 triliun.
Sementara itu untuk Bandara Jenderal Besar Soedirman sebelumnya dibangun dalam beberapa tahap.
Pada tahap awal, investasi yang disiapkan senilai Rp500 miliar untuk membangun terminal penumpang dan runway.
Sementara Bandara Kertajati telah menelan biaya hingga Rp2,6 triliun. Meskipun telah dibangun dengan dana triliunan, namun tingkat okupansi penerbangannya di bawah 30 persen.***