Network
PR DEPOK - Penumpukan pembentuk material terjadi di Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berlokasi di selat Sunda.
Pihak Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hingga kini terus memantau perkembangan dari Gunung Anak Krakatau tersebut.
Sebab penumpukan material pembentuk badan Gunung Anak Krakatau tersebut dapat berpotensi memicu gelombang laut tinggi, bahkan bisa terjadi tsunami.
Baca Juga: Tidak Serahkan Dokumen Penyelidikan Kasus Dugaan Penipuan Bisnis, Donald Trump Dituntut Hakim AS
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono, saat ini Gunung Anak Krakatau berkemungkinan membentuk badan baru setelah erupsi tahun 2018 lalu.
Karena pada saat terjadi erupsi, material yang bertumpuk membentuk badan dan dapat terlontar hingga radius 5 kilometer, kata dia.
Sementara longsoran material yang terjadi saat erupsi Gunung Anak Krakatau bisa membentuk potensi tsunami, seperti juga terjadi pada tahun 2018 lalu.
Baca Juga: Kapan Jadwal Pencairan BSU 2022? Login sso.bpjsketenagakerjaan.go.id untuk Cek Penerima BLT Rp1 Juta
"Mungkin saat ini kalau kita bandingkan dengan tahun itu, volumenya belum sebesar itu, dan juga dari sisi morfologi, juga belum curam," ungkap Eko Budi, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara.
