Muncul Prediksi Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia, Satgas dan Ahli: Disiplin Protokol Kesehatan

- 9 November 2020, 14:12 WIB
Ilustrasi virus corona.
Ilustrasi virus corona. /Pixabay
 
PR DEPOK – Gelombang kedua pandemi Covid-19 tengah melanda sejumlah negara di Eropa, antara lain Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, dan Yunani.
 
Otoritas terkait di negara-negara tersebut mengambil langkah lockdown untuk menekan penyebaran virus corona.
 
Sementara di Indonesia, pemerintah menyebut kini penanganan dan pengendalian kasus Covid-19 sudah dilakukan dengan baik.
 
 
Terhitung per 5 November 2020, jumlah kasus aktif sebanyak 54.306 kasus atau 12,75 persen, lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia berada di angka 25,8 persen.
 
Meski begitu, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito tetap mengingatkan, agar seluruh masyarakat Indonesia selalu mematuhi protokol kesehatan agar tak ada gelombang kedua.
 
“Jangan sampai hal ini terjadi di Indonesia. Saat ini penanganan Covid-19 di Indonesia sudah menunjukkan hasil yang cukup baik, dan ini terlihat dari penurunan kasus positif dan penurunan angka kematian,” kata Wiku, dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari RRI Senin, 9 November 2020.
 
 
“Ingat, dengan kita disiplin, maka tidak saja melindungi diri sendiri, dan melindungi orang-orang terdekat," ujarnya.
 
Sementara itu, pakar epidemiologi Dicky Budiman meminta pemerintah harus tetap menegakkan aturan physical distancing untuk mencegah gelombang kedua pandemi.
 
Upaya itu dilakukan guna mengantisipasi agar pemerintah tidak kebobolan menghadapi gelombang kedua pandemi.
 
 
“Yang perlu dipahami, gelombang kedua sulit dihindari karena reproduction number 1, sehingga dia akan memiliki potensi menularkan,” ujar Dicky.
 
Lebih lanjut Dicky mengatakan, alasannya karena penyakit tersebut baru dan sebagian besar dari populasi tidak memiliki imunitas.
 
Kondisi tersebut dapat dilihat dari banyak negara yang masih rawan karena nantinya akan semakin besar serangan pada gelombang kedua dan gelombang berikutnya.
 
 
Menurutnya, setiap wilayah berpotensi mengalami gelombang kedua selama obat dan vaksin Covid-19 belum ditemukan atau herd immunity belum terjadi.
 
“Penyebab adanya serangan kedua ini, karena memang pandemi memiliki serangan yang tidak hanya satu tahap, seperti SARS yang memiliki gelombang kedua terutama di negara yang layanan kesehatannya masih rendah,” katanya.
 
Selain itu, kata Dicky, dejarah pandemi besar berikutnya merujuk adanya kemiripan di tahun 1981 dan 1920 dimana pada saat ini ada velombang kedua yang lebih besar akibat pelonggaran phisycal distancing.
 
 
Adanya prediksi gelombang kedua Covid-19 di tanah air, semakin meningkatkan kampanye penerapan protokol kesehatan. Salah satunya dengan berkampanye melalui musik.
 
Frisca Clarisa, presenter salah satu stasiun televisi swasta mengatakan keikut sertaannya dalam mengkampanyekan mars aman, iman, imun untuk mengajak masyarakat terus menaati protokol kesehatan dalam melawan virus corona.
 
“Dengan adanya mars aman, iman imun ini aku berharap bisa sampai pesannya melalui musik karena musik ini lebih bisa diterima banyak orang karena cara kampanyenya lebih ringan,” tuturnya.
 
 
Menurut Frisca, hal itu merupakan upaya untuk mengajak masyarakat menaati protokol kesehatan dengan bersama-sama melawan Covid-19.
 
“Gimana caranya kita melawan adalah dengan meningkatkan imunitas tubuh serta taat protokol kesehatan dan itu semua tercakup dalam mars aman, iman, imun,” ujarnya.***
 

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x