Peneliti Sebut Kekurangan Vitamin D Sebabkan Tingginya Kematian Pasien Covid-19

- 14 Mei 2020, 03:50 WIB
ILUSTRASI vitamin, pil, obat.*
ILUSTRASI vitamin, pil, obat.* /PIXABAY/

PIKIRAN RAKYAT - Penelitian yang dipimpin oleh Northwestern University berhasil menemukan korelasi kuat antara kekurangan vitamin D dengan tingkat kematian pasien virus corona atau Covid-19.

Dilansir Pikiranrakyat-bekasi.com dari Medical Xpress, penelitian dilakukan terhadap data dari rumah sakit dan klinik global seperti Tiongkok, Prancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat yang kemudian dianalisa.

Di negara dengan tingkat kematian tinggi akibat virus corona, peneliti menemukan bahwa para pasien yang meninggal memiliki tingkat konsumsi vitamin D yang lebih rendah dibanding pasien di negara yang memiliki tingkat kematian lebih sedikit.

Baca Juga: PSBB Tahap Tiga di Depok Berlaku hingga 26 Mei, Tidak Gunakan Masker Siap-siap Didenda 

Namun, para peneliti mengingatkan penemuan tersebut tidak berarti bahwa setiap orang harus mulai menimbun suplemen dalam tubuh, apalagi bagi orang-orang tertentu yang memang kekurangan suplemen.

"Walaupun saya pikir penting bagi orang untuk mengetahui bahwa kekurangan vitamin D mungkin berperan dalam kematian, kita tidak perlu mendorong konsumsi vitamin D pada semua orang," kata Vadim Backman ketua tim penelitian Northwestern University.

Vadim dan timnya terinspirasi untuk memeriksa kadar vitamin D setelah mengetahui tingkat kematian Covid-19 yang kurang pola berbeda antara negara satu dengan negara yang lain.

Hipotesis sejumlah orang terkait kematian pasien Covid-19 ini merujuk pada perbedaan dalam kualitas layanan kesehatan, distribusi usia dalam suatu populasi, tingkat pengujian, dan virus corona itu sendiri yang terus bermutasi ke dalam tipe-tipe yang berbeda.

Baca Juga: Arab Saudi Berlakukan Lockdown dan Jam Malam Saat Perayaan Idulfitri 

Namun, dari banyaknya hipotesis di atas, Vadim tetap skeptis, dia mengaku meragukan faktor-faktor tadi.

"Tidak satu pun dari faktor-faktor ini tampaknya memainkan peran penting," ujar dia.

"Sebaliknya, kami melihat korelasi yang signifikan dengan kekurangan vitamin D," tutur Vadim.

Vadim akhirnya memutuskan untuk menganalisa data pasien bersama timnya, dia menggunakan data umum yang tersedia di seluruh dunia.

Baca Juga: Beredar Foto Jung Joon Won Merokok dan Minum Alkohol, DAIN Entertainment Benarkan dan Minta Maaf 

Hasil analisanya menemukan korelasi yang kuat antara kekurangan vitamin D dengan kematian dan kadar vitamin D dengan badai sitokin.

Badai sitokin adalah suatu kondisi peradangan yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang terlalu aktif.

"Badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru dan menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," kata Daneshkhah.

"Inilah yang tampaknya membunuh sebagian besar pasien Covid-19, bukan penghancuran paru-paru oleh virus itu sendiri. Ini adalah komplikasi dari apa yang salah arah dari sistem kekebalan tubuh," tutur dia.

Baca Juga: Sosok Mayat Pria Ditemukan Tersangkut Bambu di Sungai Ciliwung Depok, Wajah Rusak dan Terkelupas 

Di sinilah Backman percaya vitamin D memainkan peran utama. Vitamin D tidak hanya meningkatkan sistem kekebalan tubuh bawaan, tetapi juga mencegah sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif.

Ini berarti memiliki kadar vitamin D yang sehat dapat melindungi pasien dari komplikasi parah, termasuk kematian yang dipicu Covid-19.

"Itu tidak akan mencegah pasien dari tertular virus, tetapi dapat mengurangi komplikasi dan mencegah kematian pada mereka yang terinfeksi," ucap Vadim.

Vadim mengatakan korelasi ini mungkin membantu menjelaskan banyak misteri di sekitar Covid-19, seperti mengapa anak-anak memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mati.

Baca Juga: Ditutup Akibat Lockdown, Toko Koleksi Produk Berbahan Kulit Ini Dipenuhi Jamur 

Anak-anak belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang dikembangkan sepenuhnya, yang merupakan garis pertahanan kedua sistem kekebalan tubuh dan lebih cenderung bereaksi berlebihan.

"Anak-anak mengandalkan sistem kekebalan tubuh bawaan mereka," kata Vadim.

"Ini mungkin menjelaskan mengapa tingkat kematian mereka lebih rendah," tururnya.

Namun demikian, Vadim hati-hati betul mengimbau orang untuk tidak mengonsumsi vitamin D dalam dosis berlebihan sebab akan ada efek samping negatif.

Baca Juga: Efektifkan PSBB Depok Tahap Tiga, Personel Satpol PP Digencarkan untuk Tegaskan Penggunaan Masker 

Dia mengatakan subjek perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana vitamin D dapat digunakan paling efektif untuk melindungi terhadap komplikasi Covid-19.

"Sulit untuk mengatakan dosis mana yang paling bermanfaat untuk Covid-19," kata Vadim.

Dia mengatakan bahwa penemuannya mungkin dapat dijadikan kunci untuk melindungi populasi yang rentan seperti pasien Afrika-Amerika dan pasien lanjut usia, yang memiliki prevalensi vitamin D kurang.

Vadim Backman adalah seorang profesor biomedis di McCormick Shool of Egineering Northwestern.

Baca Juga: PSBB Tahap Tiga, Wali Kota Depok Tunjuk Seluruh Kepala Dinas untuk Awasi Tingkat Kelurahan 

Hasil penelitian berupa jurnal dan makalah dari Northwestern University tersedia di medRxiv dan server pracetak untuk ilmu kesehatan.

Sebelumnya, makalah dengan jenis yang sama juga pernah ditulis oleh Ali Daneshkhah, rekan penelitiannya di pascadoktoral.

Vadim mengaku bahwa penelitiannya saat ini masih harus ditindak lanjuti, dia berharap hasil analisisnya dengan tim dapat merangsang penelitian di bidang ini, tingkat kematian Covid-19 dengan rendahnya konsumsi vitamin D.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Medical Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah