Singgung Menkeu ‘Terbaik’ Soal Penanganan Ekonomi, Rizal Ramli: Ngerti Istilah Makro Ekonomi, Tapi…

24 Januari 2021, 10:02 WIB
Ekonom senior Rizal Ramli. /Instagram.com/@rizalramli_official/

PR DEPOK – Diberitakan, utang negara naik tajam di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melansir jumlah utang pemerintah hingga akhir Desember 2020 mencapai Rp6.074,56 triliun.

Dengan jumlah itu, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini sebesar 36,68 persen yang sebelumnya pada 2019 sebesar 29,8 persen.

Baca Juga: Sepanjang Januari Turun Hingga Puluhan Ribu, Cek Daftar Harga Emas di Pegadaian, Minggu, 24 Januari 2021

Ekonom senior, Rizal Ramli memperingatkan pemerintah mengenai beban utang yang semakin menggunung di era Presiden Jokowi ini.

Menurut mantan Menko Kemaritiman itu, bunga utang pinjaman Indonesia lebih tinggi dari negara lain.

“Ini gara-gara Menkeu ‘terbaik’. PhD spesialisasinya labour economic, ekonomi perburuhan soal pemogokan di Lampung,” ujar Rizal seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube Bravos Radio Indonesia pada Minggu, 24 Januari 2021.

Baca Juga: Informasi Hoaks Soal Vaksin Covid-19 Beredar, Polri Tegas: Kita akan Selidiki!

“Ngerti istilah-istilah makro ekonomi tetapi tidak mengerti linkages semua faktor makro ekonomi baik yang langsung dari satu variabel ke variabel yang lain maupun loops,” ucapnya.

Maka dari itu, kata dia, arah kebijakan ekonomi Indonesia semakin lama makin tidak jelas, bahkan sebelum krisis berlangsung.

Rizal menilai, Menkeu Sri Mulyani memang dapat pujian, tetapi yang memuji adalah para kreditor.

Baca Juga: Sayangkan Hinaan Ambroncius Nababan kepada Natalius Pigai, Roy Suryo: Sangat Rasisme, Tidak Pantas!

“Karena, bunganya lebih mahal dari umumnya. Cuma dia dipuji oleh kreditor, karena dia kasih bunga pinjaman 2-3 persen lebih mahal,” tutur Rizal.

Misalnya, lanjut dia, ada bank yang mematok bunga kredit sebesar 15 persen, negara lainnya akan melakukan negosiasi agar dapat bunga lebih murah.

“Akan tetapi, tidak demikian dengan Indonesia. Misalnya, bank pasang pengumuman kredit di sini 15 persen. Pengusaha atau negara lain yang datang nego, Pak, bisa enggak bunganya 14 persen, bisa enggak lebih murah,” katanya.

Baca Juga: Respons Pelaporan PTPN Terhadap Habib Rizieq, Refly Harun: Negara Gunakan Tangan Besinya untuk Pemidanaan!

“Nah, Menkeu kita terbalik. Dia datang ke banknya, Pak, saya mau pinjam 10 tahun bunganya bukan 15 persen, saya mau bayar 17 persen. Ya diangkat-angkat (dipuji),” ucap Menko Ekonomi era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Menurut penilaiannya, tidak ada satu pun menteri keuangan di seluruh dunia yang mau bayar bunga utang lebih mahal 2-3 persen.

Terlebih lagi, rating Indonesia lebih tinggi dari Filipina, Thailand, dan Vietnam. Maka sudah seharusnya Indonesia meminjam bunga 1-2 persen di bawah negara-negara tersebut.

Baca Juga: Soroti Penyimpanan Vaksin yang Dinilai Kurang Baik, Rocky Gerung: Sudah Buruk, Harusnya Dikelola Lebih Canggih

“Tetapi Sri Mulyani pinjam 2 persen di atas ini. Siapa yang bayar? Ya rakyat kita. Jangan anggap enteng 2 persen ya,” ujar Rizal.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler