Menurut anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar tersebut, pengumuman dari BPS itu bukanlah sesuatu mengejutkan karena hal yang lebih utama saat ini yaitu mencari solusi atas masalah ekonomi efek pandemi Covid-19.
“Pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh BPS pada periode Q3 2020 pada posisi 3,49 secara year on year. Dan pada posisi resesi sudah kita prediksi sejak awal. Saat ini, bukan saatnya untuk berdebat pada definisi resesi lagi,” katanya.
Misbakhun menyebutkan bahwa tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi saat ini muncul karena adanya pandemi Covid-19.
Pasalnya, banyak negara melakukan pembatasan sosial bahkan penguncian diri (lockdown) yang membuat seluruh dunia mengalami situasi dan keadaan serupa.
Baca Juga: 9 Karyawan Terkonfirmasi Positif Covid-19, Satgas Majalengka: Kemungkinan Akan Terjadi Klaster Baru
“Situasi pandemi inilah yang membuat ekonomi berjalan dalam situasi ketidakpastian yang berkelanjutan dan memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi sampai pada level resesi,” kata dia.
Ia mengungkapkan bahwa Pemerintah telah berupaya dengan mengambil kebijakan peningkatan jumlah belanja bantuan sosial, bantuan modal pada UMKM, dan anggaran kesehatan yang besar untuk program penanganan Covid-19.
Akan tetapi, di sisi lain Misbakhun juga mengingatkan soal pentingnya perbaikan pada sisi permintaan (demand side).
“Harus ada perbaikan dari segi konsumsi rumah tangga,” ucap Misbakhun.
Baca Juga: Bantah Tudingan Habib Rizieq Pulang ke RI karena Dideportasi, FPI Sebut Mahfud MD Sebar Berita Hoaks