PR DEPOK – Sebagian orang mungkin belum tahu bahwa ternyata penyakit autoimun perlahan-lahan bisa merusak jaringan tubuh.
Berbeda dengan orang yang memiliki imunitas baik, sistem imun penderita autoimun bekerja dengan cara yang justru memperburuk jaringan tubuh.
Ketika ada makanan yang tidak cocok, sistem kekebalan tubuh orang normal bisa menoleransi, tetapi penderita autoimun tidak demikian.
Pasalnya, sistem imun orang dengan imunitas baik tidak merusak sel-sel lain, tetapi penderita autoimun, sistem imunitas tubuhnya malah menyerang jaringan tubuh pasien.
Lantas, bagaimana pola makan yang tepat bagi penderita autoimun?
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara, Ketua Indonesia Asosiasi Ahli Gizi Olahraga Indonesia Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes mengatakan bahwa penderita autoimun punya pengaturan pola makan yang khusus untuk mengurangi gejala dan menurunkan risiko.
Baca Juga: PPKM Diperpanjang Sampai 25 Juli 2021, Sekum Muhammadiyah: Keputusan Pemerintah Sudah Tepat
“Pasien autoimun harus makan secara rutin dalam porsi kecil, tidak boleh sekali-kali dalam porsi besar,” kata Rita Ramayulis di Jakarta, pada Rabu 21 Juli 2021.
Pasalnya, kadar insulin penderita autoimun harus tetap dijaga dengan pola makan yang tepat.
Jika pola makan tidak beraturan, kadar insulin akan tinggi dan menyebabkan peradangan dalam waktu 2 sampai 3 jam.
Selain itu, penderita autoimun harus menghindari makanan-makanan tertentu yang dapat memicu sel imunitas bekerja lebih berat.
“Penyakit ini tidak bisa mengenali zat-zat mana yang termasuk kawan dan lawan bagi tubuh, sehingga tidak boleh sembarang makanan diberikan,” ujar Rita.
Rita juga menekankan bahwa pemberian diet untuk penderita autoimun harus dilakukan secara personal.
Alasannya, aturan dan pola makan antara satu pasien dengan pasien lainnya akan berbeda, sedangkan kondisi pasien autoimun sangat sensitif dan tidak bisa disamaratakan.
Saat kadar lemak pasien autoimun meningkat, maka akan memberikan sinyal negatif pada sistem metabolik.
“Kelebihan lemak non-esensial akan memberi sinyal negatif pada metabolik tubuh, ini akan memicu peningkatan kerja pada sel imunitas,” ujar Rita.
Maka dari itu, pasien autoimun harus diberikan kalori sesuai kebutuhan energinya dan tidak boleh ada kelebihan.
Adapun jenis makanan yang harus dikontrol penderita autoimun, antara lain, gula, lemak, pengawet, penguat rasa, dan zat-zat tambahan pangan lain atau zat kimia yang tidak boleh ada di makanan.
Selain itu, kandungan gluten pada terigu, protein susu seperti kasein dan laktosa, putih telur, dan asam sitrat pada kacang-kacangan. Beberapa tanaman terung-terungan seperti terong, tomat, paprika, dan cabai juga tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
Menurut Rita, beberapa penelitian mengatakan pasien autoimun mengalami likigan atau kebocoran dari usus sehingga zat-zat yang memiliki partikel besar tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.
Partikel besar tersebut bisa masuk sebelum dicerna dan akan diduga sebagai zat asing.***