Tak Sengaja Telan Baterai Kecil, Bayi 17 Bulan Meninggal Usai Kerongkongannya Terbakar dan Berlubang

3 Maret 2021, 12:37 WIB
Ilustrasi bayi. /dhanelle/

PR DEPOK – Bayi berusia 17 bulan meninggal usai mengalami komplikasi lantaran tak sengaja menelan sebuah baterai.

Bayi asal Texas bernama Reese ini awalnya adalah seorang bayi yang lincah dan aktif, tetapi ia mendadak mengalami sesak nafas dan mengalami gangguan pada pernapasannya.

Kejadian berawal ketika Trista Hamsmith menyadari bayinya mengalami sesak napas dan terlihat lesu.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia Sebut Industri Miras yang Ada Tetap Dijalankan Meski Perpres Investasi Miras Telah Dicabut

Ia lantas memeriksakan Reese ke dokter, di mana dokter mengatakan bahwa Reese mungkin mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas yang umum menyerang anak-anak.

Akan tetapi, tak lama setelahnya, Trista baru menyadari bahwa salah satu baterai hilang dari remot kontrol yang ada di rumahnya.

Ia lantas mencurigai bahwa baterai tersebut ditelah oleh sang bayi, dan langsung membawa Reese ke ruang gawat darurat setempat.

Baca Juga: Sebut Wapres Ma'ruf Amin Tak Dilibatkan dalam Susun Perpres Miras, Jubir: Kaget Wapres Berita Ramai Begitu

Dokter memastikan bahwa Reese memang menelan baterai tersebut dan hal tersebut telah mengakibatkan berlubangnya kerongkongan bayi perempuan berusia 17 bulan itu.

“Kisah ini perlu diceritakan, ini seharusnya tidak terjadi,” ujar Trista Hamsmith ketika Today Show, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari New York Post.

Mendengar kejadian naas yang menimpa Reese ini, Direktur Medis Bedah Anak-anak di Rumah Sakit Anak Helen DeVos di Grand Rapids, Michigan, dr. Emily Durkin, mengatakan bahwa baterai yang tertelan dapat menyebabkan bahaya yang serius jika tersangkut di kerongkongan, yang memiliki dua ujung yang sempit.

Baca Juga: Ketua BKPM Ungkap Awal Mula Usul Dibukanya Investasi Miras di Empat Provinsi

“Jika ada baterai kecil yang tersangkut di salah satu ujung sempit ini, maka dinding depan esophagus akan runtuh menimpa baterai tersebut dan dinding belakang kerongkongan. (Hal ini) melengkapi sirkuit listrik yang kemudian mengalirkan listrik melalui jaringan esofagus. Dan ketika itu terjadi, itu mulai membunuh jaringan pada area yang terbakar,” tutur dr. Durkin.

Dalam kasus Reese ini, ia sebenarnya sempat mengalami operasi pada bulan Oktober 2020 lalu dan diperbolehkan untuk kembali ke rumah.

Namun, beberapa hari kemudian, bayi malang tersebut kembali dilarikan ke ruang gawat darurat setelah munculnya berbagai komplikasi.

Baca Juga: Pemerintah Rilis Vaksinasi Gotong Royong, Mardani Ali: Vaksinasi Pemerintah Saja Masih Banyak Kendala

“Kami menemukan adanya fistula, semacam lorong. Ada lubang yang menembus trakea dan esofagusnya. Saat lorong fistula itu terbentuk, hal ini memungkinkan udara mengalir ke tempat yang tidak seharusnya. Makanan dan minuman juga pergi ke saluran yang tak seharusnya dituju,” paparnya.

Sejak saat itu, Reese terpaksa harus menggunakan selang makanan dan dibius menggunakan ventilator.

Ia bahkan menjalani operasi lagi dan harus menerima dua kali CPR karena sempat mengalami kritis.

Baca Juga: BKPM Sebut Izin Investasi Miras Sudah Ada Sejak 1931, Said Didu: Berhenti Bodohi Rakyat dengan Narasi Pabaliut

Namun, pada CPR atau resusitasi jantung paru yang kedua, ia tak bisa diselamatkan dan meninggal pada 17 Desember 2020.

Sang ibu, Trista Hamsmith kini menuntut produsen pembuat baterai dan menyerukan agar mereka membuat baterai yang lebih aman. Ia juga berharap produsen dapat membuat penutup perangkat yang lebih aman, sehingga tak membahayakan anak-anak.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler