Hasil Riset Kutu Wajah ‘Tungau Demodex’ Terbaru, Berbahaya atau Tidak?

- 23 Juni 2022, 14:00 WIB
Ilustrasi kutu wajah atau tungau demodex ./jeluning/PIXABAY
Ilustrasi kutu wajah atau tungau demodex ./jeluning/PIXABAY /

PR DEPOK – Sejumlah peneliti baru-baru ini melakukan riset terhadap kutu wajah atau biasa disebut tungau demodex folliculorum.

Adapun kutu wajah ini sangat nyata dan menjadi organisme yang disederhanakan sehingga mereka mungkin segera menjadi satu dengan manusia atau hidupnya parasit.

Untuk diketahui, kutu wajah bisa hidup di wajah manusia, bulu mata, dan puting susu, dan bergerak di antara folikel mencari pasangan.

Baca Juga: Ruam hingga Sakit Perut, Long Covid pada Anak yang Terinfeksi Covid-19 Bisa Terjadi hingga 2 Bulan

Para peneliti dari University of Reading telah mengurutkan genom kutu wajah untuk pertama kalinya dan menemukan perkawinan sedarah menyebabkan mereka melepaskan gen hingga sel yang tidak perlu.

Fenomena ini mengkhawatirkan peneliti bahwa kutu wajah dapat bergerak menuju transisi dari parasit eksternal ke simbion internal yang hidup di dalam kita.

Para peneliti menjelaskan bahwa kutu wajah berukuran hanya 0,01 inci (0,3 mm) dan ditularkan selama kelahiran.

Baca Juga: Makam Kuno Inca Ditemukan di Peru, Terkenal dengan Emas dan Konstruksinya

Dalam studi mereka, para peneliti mulai menjelaskan kebiasaan kawin mereka yang aneh, ciri-ciri tubuh dan masa depan evolusioner mereka dengan menganalisis DNA mereka.

"Kami menemukan tungau ini memiliki susunan gen bagian tubuh yang berbeda dengan spesies serupa lainnya karena mereka beradaptasi dengan kehidupan terlindung di dalam pori-pori”

“Perubahan pada DNA mereka telah menghasilkan beberapa fitur dan perilaku tubuh yang tidak biasa,” kata Dr Alejandra Perotti yang ikut memimpin penelitian seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Baca Juga: 3 Tips Sederhana Mengatasi Stres Menurut Ahli Kesehatan

Tungau demodex hidup dalam keberadaan yang terisolasi, tanpa paparan ancaman eksternal.

Untuk alasan ini, tungau demodex melepaskan gen dan sel yang tidak perlu, serta bertahan hidup dengan jumlah protein minimum.

Di antara gen yang hilang adalah yang memberikan perlindungan UV dan yang menyebabkan hewan terbangun di siang hari.

Meski tungau telah kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan melatonin atau senyawa yang membuat invertebrata aktif di malam hari, mereka masih dapat memicu sesi kawin malam mereka menggunakan melatonin yang dikeluarkan dari kulit manusia.

Baca Juga: Gempa di Afghanistan, Petugas Akui Kesulitan Menuju Desa Terpencil tuk Beri Bantuan

Tungau demodex juga memiliki kebiasaan kawin yang aneh karena susunan gennya yang unik.

Jantan memiliki penis yang menonjol ke atas, artinya mereka harus menempatkan diri di bawah betina, sementara keduanya menempel di rambut manusia.

Salah satu gen mereka telah terbalik, memberi mereka susunan pelengkap mulut yang menonjol untuk mengumpulkan makanan yang membantu kelangsungan hidup mereka di usia muda.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa tungau sebenarnya adalah arakhnida kecil yang menghuni rambut di seluruh tubuh manusia dan mengonsumsi sel-sel kulit dan minyak.

Baca Juga: Cara Cek Pengumuman SBMPTN 2022 serta Syarat dan Cara Daftar Ulang

Tungau ada di telinga, alis, dan bulu mata manusia serta rambut yang menutupi puting dan alat kelamin.

Sebelumnya kutu wajah disebutkan tidak memiliki anus, dan bahwa kotoran terakumulasi selama masa hidup mereka sebelum dilepaskan ketika mereka mati.

Hal ini dikaitkan dengan beberapa efek buruk pada kulit dan mata, termasuk rosacea dan blepharitis pada manusia.

Baca Juga: Update Kecelakaan Pesawat Susi Air di Papua: Penumpang dan Pilot Selamat

Namun, studi baru menegaskan bahwa mereka memiliki anus.

Dr Henk Braig, salah satu penulis utama dari Universitas Bangor dan Universitas Nasional San Juan mengatakan kutu wajah telah disalahkan untuk banyak hal, tetapi sebenarnya terdapat hal positif.

“Asosiasi panjang dengan manusia mungkin menunjukkan bahwa mereka juga dapat memiliki peran bermanfaat yang sederhana namun penting, misalnya dalam menjaga pori-pori di wajah kita tetap terbuka,” katanya.

Baca Juga: Siap Gabung Gelombang 34? Login ke www.prakerja.go.id untuk Daftar Kartu Prakerja 2022 dan Ikuti Seleksinya

Para peneliti menemukan bahwa tungau dari Cina secara genetik berbeda dari tungau dari Amerika.

Populasi Asia Timur dan Eropa berbeda lebih dari 40.000 tahun yang lalu dan sejauh ini tampaknya tungau mereka juga demikian.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x