Menurutnya, jika buzzer ini memutuskan untuk berhenti, mereka tidak akan bisa lagi bergabung dengan masyarakat lantaran sudah terlanjur mengeksklusifkan diri dan melontarkan kebencian terhadap persaudaraan warga negara.
“Jadi dalam otaknya itu hanya ada dua kalimat, kadrun dan radikal. Jadi dia nggak mungkin lagi bercakap-cakap sebagai sesama warga negara yang mampu melihat Indonesia punya potensi untuk tumbuh di Asia Pasifik, yang mampu melihat bahwa emak-emak ini adalah pertahanan etnis dari politik demokrasi itu,” ujarnya.***