PR DEPOK – Pengamat politik, Rocky Gerung turut berkomentar terkait hilangnya profil pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.
Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dikabarkan tidak memuat nama kakek dari Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Kabar itu pun lantas disoroti dan menuai protes dari berbagai pihak. Terlebih lagi, terdapat pula beberapa nama tokoh komunis dalam Kamus Sejarah Indonesia tersebut.
Baca Juga: Segera Cek Daftar Nama Penerima Banpres BPUM BLT UMKM 2021 di Link eform.bri.co.id/bpum
Melalui sebuah video wawancara yang diunggah kanal YouTube miliknya, Rocky Gerung menilai bahwa itu adalah hal yang fatal.
“Itu fatal, karena semua orang yang belajar sejarah tahu siapa Hasyim Asy’ari. Bahkan nama Hasyim Asy’ari terkait dengan Wahid Hasyim lalu terkait dengan nama Abdurrahman Wahid,” tuturnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Rabu, 21 April 2021.
“Jadi ini satu genealogi, satu garis generasi yang menuntun Indonesia masuk di dalam kemerdekaan dan tidak diketahui oleh masyarakat,” ucapnya menambahkan.
Baca Juga: Hebohkan Warga Desa, Sejumlah Pemuda Menjual Semangka dengan Mobil Ferrari 488
Kalau nama itu hilang, lanjut dia, itu artinya Indonesia telah mengkhianati permintaan Bung Karno sendiri, yakni ‘Jangan sekali-sekali melupakan sejarah (Jasmerah)’.
“Ini soal yang serius karena sekali jejak sejarah itu berhenti, maka dia akan diisi dengan segala macam upaya untuk menghilangkan jejak republik. Mudah-mudahan ini hanya kekeliruan,” tutur dia.
“(Mungkin) karena terlalu sibuk dengan urusan tiga periode dan lupa bahwa sejarah itu dulu adalah politik. Karena di dalam sejarah, kita belajar tentang etika kekuasaan,” kata Rocky Gerung lagi.
Menurutnya, kewaspadaan masyarakat terhadap jejak bangsa Indonesia kadangkala terhalang oleh kenekatan untuk mempromosikan masa depan.
“Akar sejarah kita itu masih pendek, belum 100 tahun tapi sudah mulai ditinggalkan,” ujar Rocky Gerung.
“Ya karena anak sekarang itu cuma disuruh menghafalkan nama-nama ikan, bukan nama-nama tokoh pahlawan, pemikir,” kata akademisi itu.
Dengan demikian, Rocky Gerung menilai bahwa bagian dari masa lalu bangsa Indonesia tidak lagi diinduksikan ke dalam kurikulum.
“Jadi jangan salahkan anak-anak, karena anak-anak merasa, ‘Lho enggak diajarin’,” ujarnya secara tegas.
Rocky Gerung pun menegaskan bahwa sejarah selalu dimaksudkan untuk mengingat apa yang sebetulnya dihalangi untuk diucapkan.
“Sebetulnya, sejarah harus menjadi bacaan wajib supaya bisa menghubungkan antara niat untuk merdeka dan nasib kita hari ini,” kata dia.***