PR DEPOK - Pengamat politik, Rocky Gerung ikut menanggapi penangkapan Munarman oleh tim Densus 88 atas dugaan terorisme beberapa hari lalu
Namun bukan proses penangkapan Munarman yang menjadi perhatian Rocky Gerung, melainkan banyaknya buzzer yang mengirimkan bunga ucapan selamat ke Mabes Polri.
Hal tersebut diutarakan Rocky Gerung lewat satu video yang diunggah di kanal YouTube pribadinya Rocky Gerung Official.
Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Kamis 29 April 2021, Rocky Gerung mengatakan bangsa ini jadi terpecah karena bunga yang dikirim ke Mabes polri yang justru bersyukur Munarman ditangkap.
"Memang tugas Polri untuk menegakkan hukum, untuk mencurigai orang, bahkan untuk menangkap jadi buat apa dikirimi bunga, apalagi pengadilannya belum berlangsung, tapi sudah ada ucapan selamat menikmati penjara," katanya.
Oleh sebab itu, Rocky Gerung menuding Presiden saat ini telah gagal dalam merawat kebersamaan dan persatuan bangsa.
"Orang langsung anggap bahwa itu pasti buzzer yang kirim ke situ, seperti pola sebelumnya. Jadi terlihat bahwa dendam itu berjalan lebih cepat dari humanity dan solidaritas," ujarnya.
Menurutnya keadaan seperti ini bukan sekadar membahayakan tapi juga membuyarkan ide tentang Indonesia, karena sisa-sisa persaingan semasa Pilpres lalu tidak diselesaikan oleh presiden.
"Dengan kata lain dibiarkan sebetulnya, karena ini adalah at of omission, pembiaran yang dilakukan oleh negara terhadap mereka yang ingin merusak persahabatan warga negara, keakraban bernegara," ucap dia menambahkan.
Baca Juga: Yakin Fadli Zon Akan Ditangkap Jika Terbukti Dukung Teroris, Dewi Tanjung: Negara Tak Boleh Takut
Rocky Gerung berpendapat bahwa bunga yang dikirim ke Mabes Polri adalah simbol provokatif dan tidak layak diperlihatkan oleh manusia yang mengerti asal-usul persahabatan di dalam perbedaan pandangan politik.
"Kelihatan ada desain (skenario) yang sudah diketahui oleh buzzer, sesuatu yang seharusnya kita persoalkan karena ini adalah soal human rights," tutur Rocky Gerung.
Meskipun Munarman ditangkap atas tuduhan terorisme, lanjut dia, tetapi itu ada hukum acaranya, bahwa seseorang bahkan tersangka itu harus dipanggil bukan langsung digeruduk.
Baca Juga: Kabar Baik, Menkeu Sri Mulyani Pastikan THR bagi PNS, TNI, dan Polri Akan Cair pada Waktu Ini
"Sampai sekarang gak ada keterangan resmi apa sebetulnya kasus dari saudara Munarman, ini seolah-olah soal human rights ini bisa dinomorduakan atau nomor terakhir," ucapnya menyindir.
Pendiri lembaga SETARA Institute ini juga menyesalkan sejumlah pihak yang mengerti tentang human rights malah memilih menjadi oportunis dalam kasus ini hanya karena ukuran material dan fanatisme.
"Bagaimana kita berupaya untuk memulihkan demokrasi, hukum kalau mereka yang ada di dalam istana yang juga dulu adalah proponent (pendukung) human rights akhirnya diam," katanya.
Tindakan atau sikap diam mereka yang akhirnya membuat para buzzer-buzzer dungu merajalela.
"Editorial-editorial media masih mengingatkan itu, tapi itu tidak ada gunanya kalau presiden sendiri diam juga, inikan jadi pembiaran, bangsa ini mengalami keretakan dan dibiarkan oleh kekuasaan," kata pria berusia 62 tahun.
Rocky Gerung kemudian meminta pihak istana jangan jadi penonton dalam persoalan ini, karena memiliki tanggung jawab sosial dalam merawat kebersamaan dan merayakan keberagaman.
"Istana sibuk terus dengan menghitung berapa anggaran untuk pindah ibu kota, berapa anggaran untuk undang investor, berapa anggaran untuk pergantian kementerian, itu aja yang dipikirkan," ucapnya mengkritik.***