Ekonom Menilai Kenaikan Tarif Ojol Terlalu Tinggi, Bisa Timbulkan Penurunan Minat Masyarakat

- 13 Agustus 2022, 13:40 WIB
Ilustrasi. Kenaikan tarif ojol dinilai Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah terlalu tinggi, seharusnya dilakukan moderat atau bertahap.
Ilustrasi. Kenaikan tarif ojol dinilai Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah terlalu tinggi, seharusnya dilakukan moderat atau bertahap. /ANTARA FOTO/Fauzan.

PR DEPOK – Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menanggapi kebijakan baru terkait kenaikan tarif ojek online atau ojol.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara, Piter Abdullah berpendapat bahwa kenaikan tarif ojol yang dirilis Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terlalu tinggi.

Seharusnya, lanjut Direktur Riset CORE Indonesia ini, kenaikan tarif ojol ini dilakukan secara moderat atau bertahap, sehingga tidak secara tiba-tiba melambung sebanyak 30 persen.

"Angka wajar menurut saya itu maksimal 10 persen. Saya juga bertanya-tanya mengapa naiknya setinggi itu, kaskulasinya seperti apa," kata Piter Abdullah.

Baca Juga: Alchemy of Souls Episode 17 dan 18 Tidak Tayang Minggu Ini Kenapa? Simak Penjelasan Lengkapnya

Lebih lanjut, dia menilai kenaikan tarif ojol sebanyak 30 persen itu akan menimbulkan penurunan minat masyarakat dalam penggunaan ojek online karena harga yang sudah mendekati tarif dari taksi.

Imbas dari hal itu, dijelaskan Piter, akan berdampak juga pada penurunan pendapatan terhadap pengemudi ojol, hingga pelaku sektor mikro UMKM yang bermitra dengan aplikasi seperti GrabFood, ShopeeFood, dan GoFood.

Seharusnya, ia mengatakan hal yang perlu diperhatikan lebih adalah kebanyakan masyarakat Indonesia sangat sensitif dengan kenaikan harga, terlebih setelah munculnya pandemi Covid-19.

Baca Juga: Lirik Lagu Pramuka untuk Dinyanyikan saat Hari Pramuka, Ada Api Telah Menyala dan Praja Muda Karana 

"Perlu jadi perhatian bahwa masyarakat bawah sangat sensitif dengan kenaikan harga, apalagi daya beli masyarakat sudah tergerus akibat pandemi, banyak PHK, penurunan gaji, kenaikan harga pangan dan sebagainya," pungkas Direktur Riset CORE Indonesia.

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x