Detik-detik dan Malam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Rumah Laksamana Maeda

- 16 Agustus 2022, 15:30 WIB
Rumah Laksamana Maeda. /Kemendikbud
Rumah Laksamana Maeda. /Kemendikbud /

PR DEPOK – Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia akan merayakan peringatan Hari Kemerdekaan.

Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang dirayakan setiap tanggal 17 Agustus tidak lepas dari sepenggal kisah bersejarah di rumah Laksamana Maeda.

Berdiri di atas lahan seluas 3.914 meter persegi (m2) dan luas bangunan 1.138 m2, bangunan bercat putih bergaya art deco dengan dua lantai buatan tahun 1920 itu menjadi saksi sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Arti dan Makna Baju Adat Paksian, Bangka Belitung yang Dipakai Presiden Jokowi di Acara Pidato Kenegaraan

Laksamana Muda Tadashi Maeda yang menempati bangunan tersebut merupakan seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut (Kaigun) Kekaisaran Jepang yang bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaan.

Ia tidak keberatan kantornya digunakan Ahmad Soebardjo dan pemuda Indonesia lainnya untuk melakukan berbagai pertemuan kecil.

Soebardjo bukan orang baru bagi Laksamana Maeda. Mereka sudah saling kenal sejak di Den Haag, Belanda dan Berlin, Jerman pada 1930.

Baca Juga: Mengenal Nama dan Biografi Singkat 7 Presiden Indonesia, Lengkap dengan Masa Jabatan

Saat itu, Soebardjo diketahui aktif di organisasi Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia saat di Belanda.

Laksamana Muda Maeda yang lahir pada 3 Maret 1898 di Kajiki, Perfektur Kagoshima, Jepang itu, bahkan meminta Soebardjo agar lebih intens berkomunikasi dan menggelar beragam pertemuan untuk mewujudkan kemerdekaan.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Indonesia.go.id, kebiakan Laksamana Maeda yang moderat itu bertolak belakang dengan sikap sinis militer Jepang, terutama Rikugun.

Baca Juga: PPHN akan Dihadirkan MPR melalui Konvensi Ketatanegaraan, Apa Maksudnya?

Saat Sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, 6 dan 9 Agustus 1945, Kekaisaran Jepang langsung menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Tiga tokoh nasional, Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat diminta bertemu Panglima Tertinggi Jepang untuk Asia Pasifik Marsekal Hisaichi Terauchi di Dalat, Vietnam, 12 Agustus 1945.

Terauchi mengatakan, Jepang akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945.

Tiga hari setelah pertemuan, Radio Asia Raya mengumumkan kekalahan Jepang atas Sekutu.

Peristiwa ini membangkitkan asa para pemuda di Indonesia untuk meminta Soekarno mengumumkan kemerdekaan secepat mungkin.

Baca Juga: Deretan Baju Adat yang Pernah Dipakai Jokowi saat Hadiri Sidang Tahunan MPR RI Beserta Maknanya

Pada 16 Agustus 1945, para pemuda sempat mengasingkan Soekarno-Hatta, ke Rengasdengklok, Karawang, untuk mengumumkan proklamasi, namun ditolak kedua pemimpin pertama Indonesia itu.

Soebardjo pun menjemput Dwi Tunggal untuk pulang ke Jakarta diiringi para pemuda.

Akibat Hotel Des Indes tutup, Soebardjo meminta izin kepada Laksamana Maeda untuk memakai kediamannya sebagai lokasi rapat persiapan kemerdekaan.

Baca Juga: Profil Soekarno, sang Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia

Perumusan Naskah Proklamasi

Laksamana Maeda yang berlatar belakang anak seorang samurai Jepang ini tentu saja tidak menolak.

Ia berani pasang badan dengan mempersilahkan mereka untuk memakai ruang makan keluarga di lantai satu sebagai lokasi rapat.

Sebagai salah satu petinggi militer Kekaisaran Jepang, kediaman Maeda tidak akan dirazia Kempetai atau Polisi Militer Jepang.

Baca Juga: Daftar Promo 17 Agustus 2022, Cek Diskon Makanan dan Minuman Spesial Hari Kemerdekaan

Di tempat inilah para tokoh Kemerdekaan Indonesia melakukan rapat maraton hingga menjelang subuh.

Hatta bersama Soebardjo menyampaikan pemikiran secara lisan dan Soekarno bertindak sebagai penulis konsep naskah proklamasi pada secarik kertas.

Sukarni, Sudiro, dan Burhanuddin Mohammad Diah turut hadir mewakili golongan muda yang ikut menunggu di luar ruang makan.

Sementara itu Laksamana Maeda memilih pamit tidur di lantai dua rumahnya. Ia meminta semua yang hadir untuk meneruskan rapat hingga selesai.

Baca Juga: Divonis 6 Bulan Penjara, Habib Bahar Smith Serukan NKRI dan Pancasila Harga Mati

Mendiang wartawan senior Rosihan Anwar yang ikut menunggu hasil rapat menuturkan, ini merupakan cara Laksamana Maeda agar ia tetap dinilai netral dan tidak dipenjara oleh negaranya karena ikut mendukung Kemerdekaan Indonesia.

Laksamana Maeda juga meminta penerjemah Sunkichiro Miyoshi, kemudian ajudannya, Shigetada Nishijima, dan Tomegoro Yoshizumi untuk menemani Soebardjo dan kawan-kawan rapat.

Tak lupa Maeda berpesan kepada asisten rumah tangga dan satu-satunya perempuan malam itu, Satsuki Mishima, memasakkan santap sahur bagi peserta rapat karena saat itu seluruh umat Islam di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa hari ke-9 di Ramadhan 1364 Hijriah.

Baca Juga: Beri Pesan Perdamaian, Iran Gelar Kompetisi Pesawat Tanpa Awak

Usai konsep (klad) naskah proklamasi disetujui, rumusan itu harus diketik terlebih dulu sebelum diajukan kepada para anggota PPKI dan lainnya yang menunggu di ruang tengah.

Soekarno lantas menyuruh orang kepercayaannya Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan rapi, namun mesin ketik di sana berhuruf hiragana dan bukan latin.

Mishima pun berinisiatif pergi ke kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) di Gedung Koninklike Paaketvard Mastchappij (KPM) di subuh itu juga.

Asisten rumah tangga cekatan ini langsung meminjam oriental, mesin ketik hitam besar dan kokoh buatan Jerman milik komandan kapal perang Jerman, Mayor Laut Hermann Kandeler.

Baca Juga: 10 Kode Promo dan Voucher Gojek hingga Grab Spesial HUT ke-77 RI, Ada Diskon hingga 99 Persen

Menjelang pukul 4.00 dini hari, usai naskah proklamasi sudah diketik, Hatta menemui beberapa wartawan yang masih bersiaga.

Ia meminta mereka untuk memperbanyak teks proklamasi. Hatta juga meminta Adam Malik, pimpinan kantor berita Domei di kawasan Pasar Baru untuk mengirim kawat berita proklamasi Indonesia ke seluruh dunia.

Adam Malik kemudian menugaskan Soegiarin menyusup ke ruang mesin morse yang diawasi ketat tentara Jepang untuk menyiarkan kemerdekaan Indonesia ke seluruh penjuru dunia.

Baca Juga: 20 Link Twibbon Hari Kemerdekaan HUT ke-77 RI 17 Agustus 2022, Cocok Dipakai dan Dibagikan di Media Sosial

Di ruang morse, Soegiarin menunggu salinan naskah proklamasi untuk ia teruskan kepada kantor-kantor berita dunia mengabarkan hari bersejarah bangsa Indonesia.

Pada hari itu, Jumat 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, Dwi Tunggal memproklamasikan Indonesia sebagai sebuah bangsa merdeka dan berdaulat.

Bendera Merah Putih hasil jahitan Fatmawati istri Soekarno, dikerek di tiang bambu yang ditancapkan di halaman rumah Soekarno, Pegangsaan Timur Nomor 56.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Indonesia.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah