Tepis Tuduhan, Vladimir Putin Tegaskan Rusia Tidak Ingin Perang di Eropa

16 Februari 2022, 13:09 WIB
Vladimir Putin mengutarakan bahwa pihaknya tidak menginginkan perang terjadi di Eropa, di tengah banyaknya spekulasi. /REUTERS/Alexander Zemlianichenko.

PR DEPOK - Di tengah simpang siur kabar agresi ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras bahwa Moskow tidak menginginkan perang di Eropa.

Tersiar kabar sebelumnya Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa Rusia akan menyerang Ukraina pada hari ini, Rabu, 16 Februari 2022.

Meskipun sejumlah pejabat Amerika Serikat membantah dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak memprediksi waktu, namun hanya menyampaikan peringatan serangan dapat terjadi.

Berbicara pada konferensi pers setelah dialog dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Putin menekankan bahwa dirinya tidak tertarik pada konfrontasi militer di perbatasan Ukraina.

Baca Juga: Ridwan Kamil Bagikan Kupon Minyak Goreng Murah Untuk Pedagang dan Ibu Rumah Tangga di Jawa Barat: Kami Mendoro

Presiden Rusia itu juga menyarankan bahwa ada kesempatan untuk pembicaraan lebih lanjut antara Moskow dan Barat dalam upaya untuk meredakan ketegangan saat ini.

"Tentu saja kami tidak menginginkannya (perang)," kata Putin setelah berdiskusi dengan Scholz di Moskow.

"Kami telah mengajukan proposal untuk memulai proses negosiasi yang hasilnya harus menjadi kesepakatan untuk memastikan keamanan yang sama bagi semua pihak, termasuk negara kita," jelas Putin lagi.

Baca Juga: Anak Muda Melek Kripto Tentukan Nasib Pemilu Korea Selatan pada Maret 2022

"Sayangnya tidak ada respon konstruktif atas proposal yang kami tawarkan ini," tambahnya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Sky News pada Rabu, 16 Februari 2022.

Selain itu, Putin menegaskan bahwa pihaknya siap untuk melakukan pembicaraan dengan NATO dan Amerika Serikat mengenai batasan penyebaran rudal dan transparansi militer.

Tetapi Putin juga menegaskan kembali klaim provokatifnya bahwa situasi di wilayah Donbass Ukraina timur, di mana pemberontak yang didukung Rusia telah memerangi pasukan Ukraina sejak 2014, menyerupai genosida.

Baca Juga: Kenang Momen Kebersamaan dengan Dorce Gamalama, Sule: Banyak Petuah, Kini Sudah Tiada

Baru-baru ini muncul spekulasi yang berkembang bahwa Rusia dapat melakukan serangan palsu oleh militer Ukraina terhadap orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina timur.

Seiring dengan tuduhan genosida yang menyertainya oleh Moskow terhadap Kiev, hal ini kemudian dapat digunakan sebagai dalih untuk invasi Rusia ke Ukraina.

Di sisi lain, Kanselir Jerman yang baru terpilih, Scholz telah mengatakan pada konferensi pers bahwa dirinya tidak dapat membayangkan jika perang meletus di Eropa.

Baca Juga: Soal JHT yang Bisa Dicairkan saat Usia 56 Tahun, Puan Maharani: Hak Pekerja, Bukan Bantuan Pemerintah

Dia juga menyambut baik pengumuman Moskow sebelumnya pada Selasa kemarin bahwa beberapa unit yang berpartisipasi dalam latihan militer akan mulai kembali ke barak.

"Kami belum kehabisan solusi diplomatik, namun kita perlu memastikan untuk bekerja menuju solusi damai dari konflik," kata Scholz.

"Kami telah mendengar bahwa beberapa pasukan ditarik - itu pertanda baik dan kami berharap lebih banyak pasukan akan ditarik,"

Baca Juga: Daftar Prodi dan Jumlah Kuota Politeknik Negeri Bandung di SNMPTN 2022

"Kami siap untuk berbicara tentang langkah-langkah yang sangat konkret untuk memastikan perdamaian dan keamanan kawasan," tuturnya.

Sementara itu, Jens Stoltenberg sebelumnya telah menolak informasi bahwa Rusia telah menarik beberapa pasukannya dari perbatasan Ukraina.

"Kami belum melihat adanya de-eskalasi, penarikan pasukan dan peralatan Rusia," ujar sekretaris jenderal NATO itu.

Baca Juga: Ancam Vladimir Putin, Biden Peringatkan Rusia Tarik Mundur Pasukan dari Perang dengan Ukraina

"Kami belum melihat penarikan atau penurunan eskalasi di lapangan, tetapi kami akan terus memantaunya dengan sangat cermat," tambahnya.

Menurut sekjen NATO itu, tidak ada kata terlambat bagi Rusia untuk menarik pasukan dan mulai terlibat dalam upaya nyata dalam menemukan solusi politik dan menghentikan aksi agresif khususnya di perbatasan Ukraina.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Sky News

Tags

Terkini

Terpopuler