Pada bulan Agustus, setelah provinsi Ghazni jatuh, dua polisi wanita Afghanistan diculik dari kota Ghazni dan dibunuh oleh Taliban.
Kasus serupa juga menimpa Lt Maryam, seorang petugas kontra-terorisme di Kabul.
Ia mendapatkan surat ancaman yang dikirim ke rumah orang tuanya sehari setelah runtuhnya provinsi utara Afghanistan, dan menyadari bahwa para tahanan yang dibebaskan telah mengidentifikasi dirinya.
Adapun surat tersebut dikeluarkan oleh komisi militer Taliban di provinsi itu, yang menyebutkan Maryam (25) sebagai petugas Direktorat Keamanan Nasional (NDS) yang menginterogasi pejuang Taliban.
Surat tersebut ditujukan kepada ayahnya, dengan perintah segera menyerahkan putri dan menantunya.
“Jika Anda tidak menyerahkan pelayan itu [Maryam] dan suaminya, yang juga bekerja untuk rezim boneka, kami akan segera membunuh mereka dan mengirim mereka ke neraka,” katanya.
Sejauh ini, Taliban bukan satu-satunya kelompok yang mengancam wanita yang bekerja untuk pasukan keamanan Afghanistan, tetapi juga tahanan yang telah dibebaskan oleh kelompok tersebut.***