Frustasi Akibat Lockdown Ketat yang Tak Kunjung Usai, Penduduk Shanghai Lontarkan Kritikan di Media Sosial

- 1 Mei 2022, 11:00 WIB
ILUSTRASI lockdown - Penduduk Shanghai ramai-ramai mengeluarkan kritikan untuk pihak berwenang karena penerapan lockdown ketat yang tak kunjung usai.
ILUSTRASI lockdown - Penduduk Shanghai ramai-ramai mengeluarkan kritikan untuk pihak berwenang karena penerapan lockdown ketat yang tak kunjung usai. /REUTERS/Aly Song.

Baca Juga: Apakah BSU 2022 akan Cair? Ini Jawaban Kemnaker Soal Kepastian Penyaluran BLT Subsidi Gaji Rp1 Juta

Sebagian besar informasi yang dihapus oleh sensor berbicara tentang keputusasaan yang menyelimuti Shanghai, termasuk banyak permintaan bantuan dari warga.

Keluhan juga termasuk pasien dialisis yang memohon untuk dirawat di rumah sakit, keluarga kehabisan makanan, dan pasien kanker yang kembali dari kemoterapi namun ditolak masuk ke apartemennya karena terkunci.

Satu postingan, yang segera dihapus, memberikan gambaran sekilas tentang bahaya yang dihadapi oleh orang-orang dengan penyakit lain yang meninggal karena tes Covid-19 mereka tidak negatif, dan mereka ditolak masuk rumah sakit.

Rasa putus asa dan kemarahan merajalela ketika Lembaga sensor negara itu menghapus posting yang mereka khawatirkan merupakan ancaman bagi stabilitas oleh Partai Komunis yang berkuasa.

Baca Juga: Putin Serang Kyiv Saat Kunjungan Sekjen PBB, Pakar Politik: Sinyal Rusia untuk Lanjutkan Perang

“Tujuan utama penyensoran PKC adalah untuk mencegah aksi kolektif skala besar,” kata Zachary Steinert-Threlkeld, seorang profesor di University of California-Los Angeles (UCLA) yang mempelajari gerakan protes dan sensor online.

“Sensor itu kontraproduktif jika orang berpikir tujuannya adalah untuk mencegah penyebaran ketidakpuasan tentang lockdown, tetapi produktif jika mencegah individu yang marah mengoordinasikan tindakan di luar rumah mereka,” tandasnya.

Dalam upaya untuk mengecoh pihak berwenang, beberapa mencoba memposting ulang artikel atau komentar yang dihapus menggunakan metode yang berbeda.

Metode tersebut seperti mengunggah gambar cermin dari foto asli atau menerjemahkan artikel ke dalam bahasa Inggris untuk berbagi pesan di media sosial.

Halaman:

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x