Respons Isu Pengambilalihan Paksa Kepemimpinan Demokrat, Moeldoko: Jangan Ganggu Pak Jokowi, Itu Urusan Saya!

1 Februari 2021, 22:00 WIB
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko. /Akbar Nugroho Gumay/Antara

PR DEPOK - Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Senin, 1 Februari 2021 pagi mengirimkan surat resmi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Surat itu disampaikan oleh AHY dengan tujuan untuk mendapatkan klarifikasi terkait adanya pihak di lingkaran terdekat Presiden Jokowi yang dikabarkan terlibat dalam upaya pengambilalihan posisi ketua umum Partai Demokrat secara paksa.
 
Pernyataan itu diungkapkan AHY dalam konferensi pers yang ditayangkan secara virtual melalui kanal YouTube Agus Yudhoyono.
 
Baca Juga: Mengapa Demokrat yang Harus Diambil Alih? Refly Harun: Kalau Bisa Dilumpuhkan, Oposisi Tinggal PKS Saja
 
Menanggapi isu tersebut, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko angkat bicara dalam keterangan persnya yang juga ditayangkan secara daring di Jakarta, pada Senin malam.
 
"Sebenarnya saya masih 'diam-diam' saja sih karena saya tidak perlu reaktif dalam hal ini," kata Moeldoko seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara. 
 
Namun ia mengaku menanggapi isu tersebut karena tak sedikit media massa yang mengajukan banyak pertanyaan padanya. 
 
Baca Juga: Usai Gelar Perkara, Kejagung Tetapkan 8 Tersangka Korupsi PT Asabri yang Rugikan Negara hingga 22 Triliun
 
"Poin pertama, jangan dikit-dikit istana. Dalam hal ini saya mengingatkan, sekali lagi jangan dikit-dikit istana," ujarnya. 
 
Kemudian, ia juga mengatakan agar tak mengganggu Presiden Jokowi karena menurutnya presiden tidak mengetahui sama sekali permasalahan tersebut. 
 
"Jangan ganggu Pak Jokowi karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, tidak tahu apa-apa dalam isu ini. Jadi itu urusan saya" ucap Moeldoko menjelaskan.
 
Baca Juga: Jadwal Bioskop Trans TV Pekan Ini, 1 hingga 7 Februari 2021
 
Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa banyak tamu yang beberapa kali berdatangan ke kediamannya. 
 
Sebagai mantan Panglima TNI, Moeldoko mengaku dirinya terbuka pada siapa pun yang ingin bertemu, tanpa memberikan batas. 
 
"Kepada siapapun, apalagi di rumah ini. Terbuka 24 jam dengan siap pun. Mereka datang berbondong-bondong, ya kita terima," katanya. 
 
Baca Juga: Selesai Dibahas Bersama Serikat Buruh, Menaker: RPP UU Cipta Kerja Telah Diserahkan pada Kemenko Perekonomian
 
Dalam pernyataannya itu, Moeldoko tidak menyebutkan siapa yang datang ke kediamannya tersebut. 
 
Namun ditengarai pihak yang sempat datang menemuinya itu adalah orang-orang yang disebut AHY sebagai pelaku gerakan politik yang berencana mengambilalih paksa kepemimpinan Demokrat.
 
Moeldoko juga mengaku tidak tahu konteks kedatangan dari orang-orang tersebut ke kediamannya.
 
Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Diperpanjang atau Tidak pada 2021? Berikut Titik Terang Penjelasannya dari Pemerintah
 
Akan tetapi, sama halnya dengan pertemuan pihak lain, ia menyatakan selalu membuka pembicaraan dengan masalah pertanian. 
 
"Dari obrolan, saya biasa mengawali dari pertanian karena saya memang suka pertanian. Kemudian, mereka 'curhat' situasi yang dihadapi, ya gua dengerin saja. Berikutnya ya udah dengerin aja. Saya sebenarnya prihatin gitu ya dengan situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," ucap Moeldoko. 
 
Kemudian, lanjutnya, muncul isu pengambilalihan kepemimpinan Demokrat.
 
Baca Juga: AHY Sebut Pelaku Gerakan Politik dari Lingkaran Jokowi, Ferdinand Hutahaean: Seperti Menabuh Genderang Perang
 
"Kemudian muncul isu itu. Mungkin dasarnya foto-foto ya. Orang ada dari Indonesia timur dari mana-mana datang ke sini kan kepingin foto sama gua. Sama saya. Ya saya terima aja apa susahnya," katanya menambahkan.
 
Hal itu dilakukan karena menurutnya selaku seorang jenderal, ia tak punya batas dengan siapapun. Itu lah yang membuat dirinya tak merasa keberatan menerima ajakan foto dari pihak-pihak tersebut.
 
"Itu lah menunjukkan seorang jenderal tidak punya batas dengan siapa pun. Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan ya silakan saja. Saya tidak keberatan," ujar Moeldoko.
 
Baca Juga: Ucapkan Terima Kasih, Arya Saloka Isyaratkan Sinetron Ikatan Cinta Segera Tamat
 
Tak hanya itu, Moeldoko memberikan pula saran sebagai seorang pemimpin. 
 
Dia mengatakan bahwa menjadi seorang pemimpin harus kuat dan tidak mudah terombang-ambing.
 
"Berikutnya saran saya. Menjadi seorang pemimpin harus kuat, jangan mudah 'baperan', mudah terombang-ambing dan seterusnya. Kalau anak buahnya nggak boleh pergi kemana-mana ya diborgol saja kali ya. Begitu," ujar Moeldoko. 
 
Baca Juga: Sampaikan Adanya Upaya Ambil Alihan Paksa Posisi Ketum Partai Demokrat, AHY: Dijadikan Jalan untuk Pemilu 2024
 
Lalu ia juga menyinggunh soal kudeta yang menurutnya terjadi dari pihak dalam bukan luar.
 
"Selanjutnya kalau ada istilah kudeta, kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar," katanya menutup keterangan persnya tanpa tanya jawab dengan media.***
Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler