Antisipasi Permasalahan Kejiwaan di Masa Pandemi Covid-19, Jabar Luncurkan Program KJOL

- 8 Oktober 2020, 15:03 WIB
Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil.*
Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil.* /ANTARA/

PR DEPOK - Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia hingga kini masih belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.

Meningkatnya angka penyebaran virus, khususnya di Indonesia juga membuat banyak orang mudah khawatir

Belum lagi, aktivitas di luar rumah yang terhambat oleh pandemi Covid-19 ini mengakibatkan banyak orang harus menjalani segala pekerjaan di dalam rumah.

Baca Juga: Pengesahan UU Cipta Kerja, Keinginan Joko Widodo yang Menjadi Nyata di Masa Jabatannya

Hal tersebut tampaknya menjadi salah satu alasan banyaknya orang di masa pandemi yang mudah mengalami stres dan gangguan emosi.

Dalam menanggulangi masalah tersebut, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat meluncurkan program Konsultasi Jiwa Online (KJOL).

KJOL (dibaca Kajol) merupakan salah satu program yang dibuat untuk mengantisipasi meningkatnya permasalahan kejiwaan yang dihadapi masyarakat selama masa pandemi Covid-19.

Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur Jawa Barat, M Ridwan Kamil, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara, pada Kamis 8 Oktober 2020.

Baca Juga: Istana Negara Dikerumuni Demonstran, Joko Widodo Berangkat ke Kalteng untuk Kunjungan Kerja

"Yang terbaru, lahirnya layanan konsultasi jiwa online atau KJOL RSJ Jabar yang sekarang lagi meningkat. Keberadaannya ini adalah respons terhadap meningkatnya permasalahan kejiwaan di masa pandemi," kata Ridwan Kamil.

Pria yang akrab dipanggil Kang Emil tersebut menjelaskan bahwa program KJOL merupakan solusi untuk memudahkan petugas dalam melakukan screening, mana pasien yang sekiranya cukup diberi layanan medis lewat telepon atau yang harus datang secara fisik.

Selain itu, Ridwan Kamil juga mengapresiasi adanya program tersebut.

"Keren sekali, saya apresiasi," ucap Ridwan Kamil.

Baca Juga: Mendagri Sebut PP Turunan UU Cipta Kerja Segera Rampung: Presiden Perintah Paling Lambat Bulan Depan

Dia juga mengungkapkan bahwa situasi pandemi Covid-19 ini cukup berpengaruh pada segala aspek kehidupan dan memberi pengaruh besar.

Perubahan adaptasi dengan situasi baru tersebut yang tentunya membuat rentan terhadap kesehatan mental.

Ridwan Kamil juga menjelaskan, terdapat 6.8 peraen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas berdasarkan survei Puslitbangkes Kemenkes 2020. Lalu, 85.3 persen sebelumnya tidak mempunyai riwayat gangguan psikiatri.

Berdasarkan hasil presentasi tersebut, hampir 8 persen berasal dari Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.

Baca Juga: Tanggapi Penolakan UU Cipta Kerja, MK Nyatakan Tak Terpengaruh Pemerintah dan Siap Uji Materi

Hal itu relevan dengan adanya peningkatan jumlah pasien gang mengalami gangguan cemas ke rumah sakit jiwa Jabar.

"Tekanan psikologis juga sangat berat. Tingginya angka kematian oleh COVID-19, informasi ketidakjelasan kapan situasi pandemi akan berakhir, belum hadirnya vaksin, isu isolasi sosial, stigma, kehilangan pekerjaan, perubahan cara belajar mengajar dan tingginya juga kekerasan rumah tangga sebagai dampak terjadinya perceraian itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita sepelekan," ujar Ridwan Kamil.

Disamping itu, munculnya banyak berita bohong dan informasi palsu juga mengakibatkan ketakutan serta meningkatkan kekhawatiran secara berlebih.

Maka dari itu, kedewasaan dalam memanfaatkan media sosial harus selalu dikampanyekan.

Baca Juga: Fadli Zon Minta Maaf Tak Bisa Cegah Pengesahan UU Cipta Kerja: Belum Tentu Obat Resesi Ekonomi

"Hari ini masalahnya bukan mencari informasi tapi memilah informasi. Maka situasi berita negatif tentu harus kita kontrol," kata Gubernur Jawa Barat tersebut.

Lebih lanjutnya, pandemi Covid-19 juga menghambat aktivitas pendidikan, khususnya anak dan remaja.

Berbagai kendala muncul dan dirasakan oleh para orang tua juga siswa saat menjalani proses pembelajaran secara daring.

"Juga pada anak-anak ada sistem yang mengharuskan menjalani pendidikan di rumah atau jarak jauh. Ini juga membuat stres kepada anak dan orang tua apalagi keterbatasan internet dan lainnya. Sungguh sangat memprihatinkan," katanya.

Baca Juga: Akui Telah Kuasai UU Cipta Kerja dalam Sehari, Hotman Paris: Saya Pelajari demi Uang

Ridwan Kami juga menyatakan bahwa Pemprov Jabar sendiri telah mepersiapkan krisis center di RSJ Provinsi Jawa Barat, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat dan Grha Atma Bandung sebagai respon cepat kegawatdaruratan jiwa, seperti adanya potensi bunuh diri.

Sementara itu, Ellt Marliyani selaku Direktur Utama RSJ Jabar, mengungkapkan adanya peningkatan durasi penggunaan gadget selama masa pandemi.

Bahkan, berdasarkan penelitian RSCM FK UI di bulan April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu rata-rata oenggunaan gawai hingga 11.6 jam per hari.

Lalu, terjadi sebanyak 19.3 persen peningkatan kecanduan internet pada remaja.

Baca Juga: Usai Hotman Paris Baca Isi UU Cipta Kerja, Warganet: Tolong Sampaikan Aspirasi Kami Bang

Elly menjelaskan bahwa hal tersebut berpotensi mengakibatkan stres bagi orang tua maupun anak.

"Terbukti sejak pandemi, terjadi peningkatan kunjungan pasien Gangguan cemas di RSJ sampai dengan September 2020 sebanyak 14 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2019," ucap Elly.

Oleh karena itu, program KJOL diciptakan agar masyarakat dapat konsultasi langsung tatap muka secara virtual dengan psikiater atau psikolog.

Selain itu, bisa dilakukan screening terlebih dahulu melalui website seperti Tes Kuisioner SDS, Kuisioner SCL, Kesehatan Jiwa, Kecanduan gadget, Deteksi dini bunuh diri dan tes-tes lainnya.

Baca Juga: Diduga Hendak Unjuk Rasa, Polisi Hadang Satu Truk Pengangkut Puluhan Demonstran Remaja di Jaktim

"Sehingga diharapkan masyarakat paham pentingnya Kesehatan Jiwa, sadar sejak dini karena kesehatan jiwa adalah investasi," kata Elly.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah