PR DEPOK - Pengamat politik, Rocky Gerung turut berkomentar ihwal Operasi Tangkap Tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah.
Diketahui sebelumnya, kader PDI Perjuangan (PDIP) itu ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima Rp5,4 miliar dalam kasus dugaan suap dan gratifikasi terkait pengadaan barang dan jasa, perizinan, dan pembangunan infrastruktur di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulsel Tahun Anggaran 2020-2021.
Kembali melibatkan kader partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri untuk kesekian kalinya, peristiwa ini lantas membuat PDI Perjuangan disebut-sebut sebagai partai sarang koruptor.
Disampaikan melalui unggahan video di kanal YouTube miliknya, Rocky Gerung kali ini berprasangka bahwa kader PDI Perjuangan yang satu ini nyasar bersama ambisinya untuk menjadi gubernur.
“Mungkin si profesor itu (Nurdin Abdullah) dia gak bersarang disitu, tapi dia nyasar ke sarang itu. Karena ambisi meluap-luap harus jadi pejabat gubernur maka dia nggak milih sarang lagi,” kata Rocky sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Minggu, 28 Februari 2021.
Menurut Rocky untuk menjatuhkan pilihan melaju sebagai gubernur tentu ada semacam evaluasi terlebih dahulu untuk mengukur partai yang diincar potensial memuluskan langkahnya menjadi gubernur atau tidak.
“Tapi begitulah kalau ketamakan itu dari awal memang diniatkan. Jika seseorang berniat korupsi dan nyaleg jadi kepala daerah, pasti dia akan mencari partai yang mudah untuk memperoleh tiket,” ujarnya melanjutkan.
Rocky menuturkan bahwa Nurdin Abdullah menyadari partai yang ia pilih adalah partai besar yang bisa menjamin dirinya duduk sebagai orang nomor satu di Sulawesi Selatan.
Namun kata Rocky, Nurdin Abdullah juga memahami bahwa konsekuensinya membawa nama PDI Perjuangan itu bertarif mahal.
“Dia nekad, akibatnya ya dia mesti balikin lagi semua uang beli tiket itu dengan mengkhianati pesan publik ketika ia berkampanye, dan lebih gila lagi kasus itu menyangkut hak dari nelayan yang pasirnya ditambang untuk kepentingan New Port Makasar, dan itu menyebabkan kemiskinan di pulau itu,” ucapnya.
“Korupsi ini juga menyebabkan kekacauan kehangatan masyarakat pesisir pantai yang pasirnya diambil untuk kepentingan korupsi. Itu satu paket pikiran yang luar biasa kalau dia korupsi itu sama sekali buta huruf terhadap konsekuensi yang sangat panjang terhadap kemiskinan,” kata Rocky Gerung.***