PR DEPOK – Pengamat politik, Rocky Gerung mengomentari pernyataan yang baru-baru ini dilontarkan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.
Sebelumnya, Luhut menuturkan permintaan maaf atas upaya yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT).
Luhut menilai bahwa OTT KPK tidak membuat jera para pelaku korupsi yang merugikan negara.
Singkatnya, menurut Luhut, KPK kini terlihat tak berdaya dengan kewenangan yang dimilikinya.
Menanggapi pernyataan Luhut, Rocky Gerung justru menyoroti Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan pengusaha Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam.
“Itu tiga nama yang betul-betul menentukan arah pendapatan nasional. Yang pertama adalah Pak Luhut, yang kedua Ibu Sri Mulyani, dan yang ketiga Haji Isam,” tuturnya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari YouTube pribadi Rocky Gerung Official.
Apabila ketiga nama tersebut berhenti beroperasi, dikatakan Rocky Gerung, maka Indonesia langsung runtuh.
Baca Juga: Habib Rizieq Klaim Bima Arya Tega Sebut Dirinya Bohong, Ferdinand Hutahaean: Apanya yang Tega?
“Karena tiga-tiganya menguasai sumber daya ekonomi dan politik. Pak Luhut sangat menguasai sumber daya politik, terutama karena beliau sangat dekat dengan Presiden Jokowi (Joko Widodo) dalam sejarah panjang pertemanan mereka,” katanya.
Selain itu, Rocky Gerung menjelaskan bahwa Sri Mulyani juga juga sangat paham tentang kondisi ekonomi karena pengalaman yang dimilikinya selama bertahun-tahun dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Lebih lanjut, Rocky Gerung berpendapat bahwa Sri Mulyani mempunyai pengetahuan tentang relasi-relasi bisnis dunia di World Bank.
“Haji Isam punya kemampuan politik yang luar biasa karena bisa mewadahi semua kandidat yang ingin menjadi Bupati segala macam. Tapi justru dalam keadaan sekarang kita enggak tahu yang mana sebetulnya merupakan faktor di dalam stabilitas ekonomi-politik kita,” ucapnya lagi.
Jadi, lanjut pria berusia 62 tahun ini, apabila Luhut akhirnya minta maaf, itu sama seperti seorang supir truk yang meminta maaf karena gas buangnya mengaburkan pandangan pengendara di belakangnya.
“KPK juga sebetulnya begitu, sama seperti truk yang sudah enggak pernah dikir (diperiksa kesehatan kendaraannya) tapi dipaksa berjalan, tiba-tiba kehilangan tenaga. Jadi kita bisa paham kekecewaan Pak Luhut terhadap kapasitas KPK yang dulu justru dibanggakan oleh beliau,” ucapnya.
Kemudian, Rocky Gerung juga menyoroti kapasitas Sri Mulyani untuk menghasilkan kembali pendapatan dari dalam negeri melalui kebijakan pajak.
“Tapi akhirnya, orang masuk pada satu gejala umum bahwa kepercayaan terhadap lembaga-lembaga ini sudah hilang,” tuturnya tegas.
Menurut Rocky Gerung, kini semua orang masuk di dalam moral hasad (tercela), yakni mencari peluang dan untung.
“Karena kekuasaan sudah goyang, bahkan internal Departemen Keuangan mengetahui bahwa, ‘Sudahlah, mending ngerampok sekarang’."
"Ini menjadi sinyal bahwa kekuasaan memang sudah tidak sanggup untuk memberi contoh panduan. Seperti truk yang ganti persneling, di tanjakan, itu sudah pasti melorot,” katanya.***